Total biaya perang yang dihabiskan Amerika Serikat (AS) untuk memerangi Taliban di Afghanistan menyentuh angka yang fantastis yakni USD2,26 triliun atau nyaris Rp32.500 triliun! Yang bikin lebih mencengangkan, dana sebesar itu setara dengan harta 30 miliarder dunia!
Dikutip dari Forbes di Jakarta, Jumat (20/8/21) dana itu dihabiskan dalam kurun waktu 20 tahun operasi militer AS di Afghanistan yakni sejak serangan ke gedung World Trade Center (WTC) New York dan Pentagon pada 11 September 2001.
Forbes mencatat, berdasarkan hasil studi Brown University, AS, total biaya perang yakni USD2,26 triliun atau setara USD300 juta per hari. Dana tersebut termasuk USD800 miliar biaya langsung perang dan USD85 miliar dana pelatihan bagi militer Afghanistan.
Baca Juga: Taliban Girang saat Sambut China untuk Bangun Kembali Afghanistan
Jumlah ini masih terus bertambah karena akan ada biaya penarikan pasukan serta personel pendukung untuk pulang ke AS setelah kalah perang.
“Kami akan terus mengeluarkan biaya, sampai proses penarikan selesai,” ujar Presiden Joe Biden.
Karena itu, Forbes menilai biaya perang AS di Afghanistan setara dengan harta kekayaan 30 miliarder dunia, termasuk Jeff Bezos, Elon Musk, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg. Berdasarkan data Forbes Billionaires 2021, jika harta kekayaan 30 miliarder di daftar itu dijumlahkan, totalnya 'baru' sebesar USD2,30 triliun. Sementara biaya perang AS masih dapat terus bertambah.
“Amerika Serikat telah membiayai perang Afghanistan dari utang. Bunga utangnya saja harus dibayar sebesar USD500 miliar. Pada tahun 2050, biaya bunga saja atas utang perang Afghanistan kita bisa mencapai USD6,5 triliun. Itu artinya setiap warga AS harus menanggung USD20 ribu,” tulis Brown University.
Namun, korban jiwa yang melayang akibat perang Afghanistan merupakan hal yang tak ternilai dengan materi. Sebanyak 2.500 prajurit militer AS tewas di Afghanistan.
Selain itu, sebanyak 4.000 orang gugur termasuk para kontraktor dari kalangan sipil AS. Namun, korban dari Afghanistan masih jauh lebih banyak lagi, yakni mencapai 167.000 orang dari kalangan militer, sipil, termasuk para militan dan Taliban.
