CEO Restock mengamati bahwa kebanyakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berlomba-lomba mendapatkan pendanaan. Namun, dari segi produk terkadang tidak relevan dengan keinginan pasar. Ia mengatakan, UMKM perlu menciptakan produk sesuai pasar sebelum meraih pendanaan, mengapa demikian?
CEO Restock, Tiar Nabilla Karbala mengatakan, ketika UMKM mengajukan pendanaan ke fintech lending, secara umum, produk mereka tidak sesuai dengan keinginan masyarakat setelah dicek dan dianalisis.
“Terus mau jualan, ya terus bagaimana, terus enggak laku. Jadi ini adalah masalah besar,” ujar Tiar di acara UMKM Digital Summit 2023 di Smesco Convention Hall, Jakarta pada Kamis (21/9/2023).
Baca Juga: Aktif Berdayakan UMKM, BRI Kembali Selenggarakan Program Inovatif ‘Pengusaha Muda BRILiaN 2023’
Di samping itu, Tiar juga mengamati adanya kecenderungan sebagian pelaku UMKM atau UMKM yang memiliki pemikiran atau mindset untuk cepat-cepat mendapatkan keuntungan, daripada membangun bisnis secara keberlanjutan atau sustainable.
Tiar menambahkan, sebagai fintech lending dengan segmen P2P lending, pihaknya harus melihat produk dan usaha UMKM atau UKM bertumbuh secara sehat.
“Karena dalam konteks kami sebagai P2P lending, kami memang fokusnya harus melihat bisnis-bisnis yang memiliki kecenderungan yang lebih sustainable dibandingkan yang lain,” pungkas Tiar.
Nah, UMKM perlu menciptakan produk yang relevan dengan keinginan pasar agar membantu penjualan tetap berjalan, tentunya juga memungkinkan mereka mampu mendapatkan pembiayaan.
Restock yang didirikan pada tahun 2019 tersebut berperan sebagai perusahaan fintech lending berbasis P2P lending, menghubungkan para pengusaha lokal di rantai nilai industri kreatif. Saat ini, total penyaluran dana Restock sekitar Rp2,4 triliun dan di tahun 2023, perusahaan ini telah menyalurkan pendanaan kurang lebih Rp680 miliar.
Baca Juga: Startup Pertanian Koltiva Raih Pendanaan Seri A dari AC Ventures