Jum'at, 26 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Sosok Masayoshi Son, Pendiri Softbank Sang Investor Ulung Perusahaan Unicorn

Foto Berita Sosok Masayoshi Son, Pendiri Softbank Sang Investor Ulung Perusahaan Unicorn
WE Entrepreneur, Jakarta -

Menjadi pebisnis dan investor ulung membuat Masayoshi Son, pengusaha Softbank asal Jepang ini menjadi orang terkaya di Jepang menurut Majalah Forbes. Masayoshi Son dikenal sebagai pebisnis ulung yang ulet dan visioner. Ide-idenya kerap dinilai gila.

Bahkan keberaniannya dalam berinvestasi pada perusahaan-perusahaan rintisan bernilai di atas US$ 1 miliar (unicorn) membuktikan insting bisnisnya yang tajam. Kabar terbaru, Masayoshi Son bahkan dipilih pemerintah untuk menjadi salah satu Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru Indonesia di Kalimantan Timur.

Dilansir dari Forbes di Jakarta, Senin (3/2/2020) kekayaan pria berusia 62 tahun ini per 18 Januari 2020 sebanyak 21,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 295,4 triliun. Jumlah tersebut membuat Masayoshi menjadi orang terkaya kedua di Jepang pada 2019. 

Baca Juga: Niat Tanam Modal di Proyek Ibu Kota Baru, Jumlah Uang yang SoftBank Tawarkan Bikin Gigit Jari!

Disebutkan, kekayaannya bersumber dari perusahaan milik pribadi yang bergerak di bidang telekomunikasi yakni perusahaan SoftBank yang didirikan dan dijalankannya. Softbank berhasil meraup pendapatan sebanyak 81 miliar dollar AS pada 2017.

SoftBank juga menginvestasikan sebanyak 35 miliar dollar AS pada 100 kesepakatan tahun 2017 termasuk investasi di perusahaan persewaan kantor WeWork dan perusahaan Uber. Pada Desember 2016, di Trump Tower, Masayoshi Son berjanji bahwa SoftBank akan memimpin sebanyak 50 miliar dollar AS dalam investasi perusahaan-perusahaan di Amerika. Tak hanya itu, ia juga menjanjikan akan menciptakan 50.000 pekerjaan.

Latar Belakang Masayoshi Son

Son lahir di kota kecil Tosu, Jepang pada 11 Agustus 1957. Kakek dan neneknya adalah orang Korea Selatan yang pindah ke Jepang untuk memperbaiki nasib. Orang tuanya menggunakan nama Yasumoto sehingga Son kecil juga dikenal dengan nama Masayoshi Yasumoto. Ia memutuskan menggunakan nama keluarga Koreanya, yakni Son, setelah sukses di Amerika Serikat (AS) dan kembali ke Jepang.

Di usia 16 tahun, Son mengikuti orang tuanya pindah ke California, AS. Setelah lulus SMA, ia sempat kuliah dua tahun di Holy Names University, Oakland sebelum pindah ke University of California, Berkeley.

Di Berkeley, Son mengambil jurusan ekonomi dan ilmu komputer. Son terinspirasi oleh artikel mengenai microchip yang ditampilkan di sebuah majalah hingga membuatnya semakin yakin bahwa teknologi komputer akan menjadi pemicu revolusi komersial berikutnya.

Di tahun-tahun terakhir kuliahnya, Son menemukan penerjemah elektronik yang kemudian dijualnya ke Sharp Corporation seharga US$1,7 juta. Ia juga mengimpor mesin video game bekas dari Jepang secara kredit lalu memasang mesin itu di asrama dan sejumlah restoran.

Bisnis tersebut menghasilkan uang sebesar US$1,5 juta. Setelah lulus dengan gelar sarjana ekonomi dari UC Berkeley pada 1980, Son mendirikan Unison yang kemudian dibeli oleh perusahaan teknologi Kyocera. Son yang sukses menjadi jutawan itu pun kembali ke Jepang dan mendirikan Softbank Corp pada September 1981.

Baca Juga: Investasi Cuma Modal 'Insting' dan 'Nyali', Hati-Hati Bos SoftBank Jatuh Miskin Nanti. . .

Semula bisnis Softbank ini hanya berawal dari toko suku cadang komputer yang terus berkembang ke bisnis penerbitan dengan diluncurkannya majalah Oh!PC dan Oh!MZ yang membahas teknologi dan komputer. Pada 1989, sirkulasi Oh!PC mencapai 140 ribu kopi dan menjadi majalah teknologi dan komputer terbesar di Jepang.

Pada 1994, Softbank Corp menawarkan sahamnya di Bursa Tokyo dengan valuasi US$ 3 miliar. Ekspansi Softbank diwarnai dengan berbagai akuisisi seperti akuisisi COMDEX, yang merupakan penyelenggara pameran komputer terbesar kedua di dunia setelah CeBIT di Jerman.

Son juga menjadi salah satu investor awal bagi Yahoo! pada tahun 1995. Son bermitra dengan Yahoo! untuk membuka Yahoo! Japan pada 1996 yang kemudian menjadi situs paling berpengaruh di Jepang pada saat itu.

Pada 1999, Softbank menjadi perusahaan induk. Son juga berinvestasi senilai US$ 20 juta ke Alibaba, perusahaan teknologi asal Tiongkok yang didirikan oleh Jack Ma. Ketika Alibaba mencatatkan sahamnya di Bursa Nasdaq pada September 2014, nilai investasi Son kian melambung menjadi US$ 60 miliar.

Bisnis Softbank pun semakin besar, bukan hanya di bidang telekomunikasi dan internet. Pada 2013, Softbank menjadi pemegang saham pengendali Aldebaran Robotics asal Prancis yang kemudian diubah namanya menjadi Softbank Robotics.

Keberanian Son mengambil risiko membuatnya menjadi orang terkaya di Jepang hingga membentuk wadah investasi bernama Vision Fund dengan modal awal US$100 miliar pada 2016.

Vision Fund membidik perusahaan-perusahaan di sektor teknologi. Vision Fund didukung oleh sejumlah investor kakap lainnya, seperti Apple, Foxconn, pendiri Oracle Larry Ellison, Qualcomm, hingga perusahaan investasi Kerajaan Saudi Arabia.

Portofolio investasinya mulai dari perusahaan transportasi online Uber Technologies Inc, Didi Chuxing, pengelola coworking space WeWork Co, OYO, Paytm, hingga Grab, dan Tokopedia. Sebanyak 71 perusahaan teknologi yang mendapatkan pendanaan dari Vision Fund dengan nilai total US$ 64,2 miliar. Menurut Bloomberg, Softbank berhasil membukukan keuntungan sebesar 62% dari Vision Fund.

Belum lama ini Softbank meluncurkan Vision Fund kedua dengan nilai investasi hingga US$ 108 miliar. Vision Fund kedua ini akan fokus berinvestasi pada teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Nilai investasi Softbank di Vision Fund kedua ini mencapai US$ 38 miliar. Pemegang saham lainnya adalah Apple, Foxconn, Microsoft, Mizuho, MUFG Bank, Standard Chartered Bank, Daiwa Securities, hingga perusahaan investasi Kazakhstan.

Meski terbilang sukses berinvestasi di berbagai perusahaan teknologi, Son juga kerap mengalami pengalaman pahit. Investasi senilai US$ 70 miliar sempat hilang saat harga saham perusahaan-perusahaan teknologi AS jeblok di era meletusnya gelembung perusahaan-perusahaan internet pada awal 2000.

Tag: Masayoshi Son, SoftBank Group Corp

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Ybox