Para pelaku bisnis kuliner saat ini banyak yang memanfaatkan tren viral dalam menjalankan bisnisnya. Dengan menampilkan banyak konten di internet dan media sosial serta memanfaatkan review pelanggan, para pelaku bisnis kuliner berupaya untuk terus mengembangkan usahanya. Namun, seringkali situasi yang ditampilkan di internet maupun konten media sosial tidak jarang berbeda dari fakta yang terjadi di lapangan.
Dalam akun YouTube Foodizz Channel berjudul Ghost Shopper aka Pelanggan Hantu, Sarita Sarita Sutedja selaku GM Coorporate Communication Foodizz menjelaskan bahwa untuk bisnis kuliner tetap bertahan dan tumbuh, maka para pelaku usaha kuliner perlu mengenal konsep ghost shopper atau pelanggan hantu.
"Ghost Shopper atau pelanggan hantu yang sengaja di dibayar sama pemiliknya untuk pura-pura menjadi pelanggan dan kemudian memberikan review jujur terkait operasional outlet-nya sehingga si pemilik bisa melakukan evaluasi secara menyeluruh karena dia tahu, viral aja tidak cukup dan bukan jaminan bisa menjadi sustain. Karena pada akhirnya marketing bring customer but operation bring customer back," tutur Sarita seperti dikutip dalam video pada Senin (23/1/2023).
Baca Juga: Jangan Mitrakan Bisnis Jika Belum Siap dengan Hal Ini!
Sarita menekankan bahwa bisnis kuliner dimulai manakala konsumen kembali membeli dan merekomendasikan produk dari brand kuliner yang dibuat oleh pengusaha kuliner. Tidak hanya untuk mendapatkan review produk, ghost shipper juga membantu dapat review operasional bisnis karena operasional bisnis merupakan hal yang penting dalam menjalan bisnis.
Adapun tujuan dari ghost shopper atau pelanggan hantu untuk dilakukan dalam bisnis kuliner antara lain:
- Memberikan review operasional bagi pemilik bisnis.
- Melakukan evaluasi terkait operasional karena konsumen itu mau kembali datang dan merekomendasikan karena operasional.
- Memberikan masukan dan ide kepada owner untuk perbaikan layanan, operasional outlet, dan proses bisnis secara keseluruhan.
- Meningkatkan omset bisnis.
- Menjaga profitabilitas bisnis secara keseluruhan.
Sementara itu untuk memulai konsep ghost shopper, Sarita merekomendasikan beberapa step mudah yang perlu dilakukan, yaitu:
- Buat check list untuk hal yang ingin di-review, misalnya layanan kasir, waktu keluar makanan/minuman, suasana outlet, dan lainnya.
- Kerjasama dengan lembaga riset/agency, mahasiswa jurusan manajemen/statistik, atau juga konsultan untuk menjadi ghost shopper. Pastikan si ghosht shopper ini tidak dikenali oleh karyawan outlet.
- Lakukan 10 kali ghost shopper dalam jangka waktu yang sama. Misalnya 10 kali di pagi hari atau 10 kali di siang hari sehingga bisa mendapatkan statistik kondisi yang sama.
- Open mind, terima review, dan evaluasi secara terbuka, tidak perlu diperdebatkan, karena itulah kondisi di lapangan.
- Lakukan review secara konsisten setiap dua sampai tiga bulan. Misalnya dalam satu tahun ke depan sampai Anda merasa proses bisnisnya sudah berjalan dengan baik dan sesuai harapan.
- Kerja sama dengan pengusaha kuliner lain untuk saling bertukar menjadi ghost shopper sehingga biayanya bisa lebih murah tetapi bisa saling memberikan masukan yang berarti
- Sebagai tips tambahan, lakukan review dan evaluasi dari hasil ghost shopper dan segaralah lakukan perbaikan.
"Nah kira-kira inilah konsep ghost shopper yang sering digunakan oleh brand besar untuk melakukan review langsung operasi bisnisnya. Yuk kita praktekkan juga dengan skala kecil dan yang lebih terjangkau," pungkas Sarita.