Minggu, 19 Mei 2024 Portal Berita Entrepreneur

Selalu Tanam Nilai Spiritual, Bos Garuda Food: Hidup Itu Bukan Tentang Hasil, tapi Prosesnya

Foto Berita Selalu Tanam Nilai Spiritual, Bos Garuda Food: Hidup Itu Bukan Tentang Hasil, tapi Prosesnya
WE Entrepreneur, Jakarta -

Pemilik Garuda Food, Sudhamek AWS bercerita bahwa sebelum ia fokus membesarkan perusahaan keluarga, ia sempat bekerja sebagai karyawan. Hal itu diungkap dalam video YouTube bertajuk "Dari Pegawai Jadi Pebisnis Kelas Dunia | Sudhamek AWS Bos Garuda Food". Namun, pada tahun 1991, Dhamek dihubungi oleh kakaknya untuk bekerja di perusahaan keluarga.

Dhamek pun mengiyakan dengan syarat, harus bekerja sebagai profesional, bukan lagi sebagai keluarga jika menyangkut perusahaan. Kakaknya pun mengabari 3 tahun kemudian. Semua keluarga mengiyakan dipimpin oleh Dhamek, yang merupakan anak bungsu untuk membesarkan perusahaan keluarga.

Baca Juga: Kisah Hidup Pendiri Kacang Garuda, Dulu Dibully Kini Jadi Pengusaha Sukses nan Mandiri

Dari perusahaan yang masih kecil, hingga kini sudah meraksasa, Dhamek memimpin dengan hebatnya menyesuaikan diri dengan keadaan. Hari ini, perusahaan sudah tumbuh dan bertransformasi sebagai perusahaan besar yang profesional. Dhamek sendiri menjabat sebagai Presiden Komisaris yang tidak langsung mengurus manajemen.

Selama menumbuhkan bisnis perusahaan, Dhamek mengakui ia tak selalu benar. Ia banyak salah, bahkan melakukan kesalahan besar. Tapi akhirnya ia belajar, dan kakak-kakaknya terus mendukung Dhamek sampai akhir. Terlebih, dalam menjalani bisnis keluarga, pasti ada masalah-masalah bisnis sekaligus singgungan di keluarga.

Garuda Food memulai bisnis hanya dari berjualan kacang kulit di Pati, Jawa Timur. Kemudian berkembang ke kacang atom, hingga akhirnya bekerja sama dengan Suntory untuk mulai menjual produk minuman.

Hari ini, Dhamek bercerita bahwa produksi kacang kulit hanya sekitar 25% dari total produksi produk yang lainnya. Produksi terbesar di Garuda Food saat ini justru dari kategori biskuit. Ini menjadi salah satu bentuk transformasi dari perusahaan, bersamaan dengan sistem manajemennya yang semakin baik.

Dhamek mengungkap prinsipnya yakni alasan utama dari kelahiran kita sebagai manusia adalah untuk melakukan transformasi diri. Kalau tidak, itu hanya akan menjadi penyia-nyiaan kehidupan.

Transformasi ini harus dilakukan di dalam diri sendiri, barulah organisasi, kemudian masyarakat. Jadi, manusia hidup harus terus menjadi pribadi atau manusia yang lebih baik. Tak hanya soal harta kekayaan, tapi yang terpenting adalah kepribadian yang baik.

Salah satu bukti transformasi diri yaitu kita baru bisa menolong orang lain ketika diri kita sendiri sudah lebih baik. Karena itu, sebagai pemimpin harus terus mentransformasi diri dan jangan pernah menyerah. Secara tidak langsung, Dhamek sudah menjelaskan bahwa dalam berbisnis ia selalu menggunakan hati dan spiritualitas. Karena pada hakikatnya, esensi semua agama sama-sama mengajarkan pada kebaikan.

Karena itu, Dhamek berprinsip memegang teguh Mindfulnes Based Business (MBB) yang menyatukan esensi spiritual dan moral dalam berbisnis, jadi tak melulu obsesi terhadap keuntungan.

"Dalam hidup, Anda harus punya faith (kepercayaan), Anda harus punya belief (keyakinan). Tanpa faith dan belief, Anda tidak memiliki energi. Karena yang melahirkan energi dalam hidup kita adalah keyakinan kita," terang Dhamek.

Jika metode MBB ini diterapkan, maka kita akan meyakini bahwa kerja adalah ibadah. MBB bisa diterapkan di segala aspek kehidupan dengan mengambil nilai-nilai umum keagamaan seperti kejujuran, disiplin, moral, dll, asalkan konsisten dilakukan sehingga menjadi kebiasaan.

Jika hanya fokus pada keuntungan, seorang pebisnis akan mudah tergelincir melakukan segala cara untuk mendapatkan uang.

"Hidup itu bukan hanya sekedar hasil, hidup itu yang penting adalah prosesnya," tandas Dhamek.

Tag: Garuda Food, SudhamekAWS

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Antara/Reno Esnir