Tampaknya Airbnb tengah mengalami tantangan untuk menavigasikan penawaran umum mereka. Perusahaan travel yang bernilai miliaran dolar ini baru saja dilaporkan oleh The Wall Street Journal kehilangan uang selama sembilan bulan pertama tahun lalu.
Laporan itu mengatakan, dilansir dari Business Insider di Jakarta, Kamis (13/2/2020) Airbnb membukukan rugi bersih USD 322 juta atau sekitar Rp4,41 triliun hingga September setelah sebelumnya menghasilkan laba sebesar USD 200 juta atau Rp2,7 triliun pada tahun sebelumnya.
Mereka juga sempat mengatakan pendapatan perusahaan meningkat menjadi USD1,65 miliar atau Rp22,56 triliun pada kuartal ketiga, naik USD400 juta atau Rp5,48 triliun dari tahun sebelumnya.
Baca Juga: Potensi Kerugian yang Disebabkan Corona Tembus Rp38,2 Triliun
Hal ini memberikan jeda kepada investor, karena banyak dari mereka telah menjadi waspada terhadap bisnis tanpa jalur yang jelas.
Airbnb tampaknya menghadapi kenaikan biaya karena terus tumbuh, termasuk investasi USD 150 juta atau Rp2,1 triliun dalam meningkatkan keamanan platformnya, serta peningkatan biaya overhead dan biaya penjualan serta pemasaran.
Perusahaan ini dilaporkan memiliki sekitar USD 3 miliar atau Rp41,1 triliun dalam bentuk tunai, dan beberapa investor berpikir ia memiliki model bisnis yang lebih kuat daripada perusahaan seperti Uber dan WeWork, tetapi laporan hari Selasa membuat Airbnb akan menghadapi tekanan yang meningkat untuk membuktikan bahwa keuangannya bertambah.
Airbnb mengatakan tahun lalu bahwa ia diharapkan menjadi perusahaan publik sekitar tahun 2020, tetapi sumber mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa kemungkinan kuartal pertama paling berarti dan waktu dapat dipengaruhi oleh wabah virus corona.
Airbnb telah bekerja keras untuk mendapatkan pijakan di China, tetapi menurut laporan Selasa, jumlah itu mungkin telah mencapai 80% hit tahun ini.
Airbnb juga telah menangguhkan pemesanan di Beijing dan mengizinkan pelanggan untuk membatalkan perjalanan secara gratis, namun masih belum jelas seberapa signifikan wabah tersebut telah mempengaruhi bisnis mereka.
Airbnb pun diketahui menolak untuk memberi tanggapan mengenai laporan The Wall Street Journal.