Jum'at, 26 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Produk Sepatu Dalmi, Dari Kantor Pemerintah Hingga Swasta di Sumut

Foto Berita Produk Sepatu Dalmi, Dari Kantor Pemerintah Hingga Swasta di Sumut
WE Entrepreneur, Medan -

Apa yang menjadi kendala produk usaha kecil dan menengah (UKM) sehingga tak mampu bertahan dalam persaingan usaha? Yaitu, pada permodalan dan persaingan produk. Itu yang sering dikeluhkan para pelaku UKM, termasuk mereka para produsen?sepatu dan sandal.

Namun, tidak bagi Nurdalmi, produsen?sepatu yang juga mulai aktif memberi?pelatihan bagi remaja di bidang pembuatan sepatu dalam naungan UKM Center Sumatera Utara.?Usaha sepatu yang telah dirintisnya sejak tahun 1990 bisa bertahan walau belumlah menjadi suatu usaha yang berkembang pesat. Kuncinya, dia mengatakan, kualitas.

"Kalau saya melihat, kendala usaha pembuatan sepatu ini bukan pendanaan, tapi mutu atau kualitas. Kalau kualitas bagus, modal akan datang sendiri," katanya di Medan, akhir pekan lalu.

Hal itu telah dibuktikannya. Dengan menjaga mutu dan kualitas, minimal?mampu mempertahankan produk sepatu bermerek Pinko untuk tetap laku di pasaran. "Ini karena saya tidak mau menurunkan kualitas. Kebanyakan produsen akan menurunkan kualitas begitu mereka kesulitan modal, tapi saya tidak berani melakukan itu," ujarnya.

Karena itu, produk yang dipasarkan dengan sistem door to door atau titip ke koperasi-koperasi perusahaan seperti Bank Indonesia, Bank Mandiri atau Dekranas, tersebut tetap diminati konsumen. "Karena banyak konsumen tahu mana yang berkualitas, walau harganya pasti sedikit lebih tinggi," ujar pria yang juga menjabat Sekretaris UKM Center Sumut ini.

Dikatakannya, pemesan sepatunya datang sendiri ke rumah sekaligus workshop-nya di Jalan Brigjen Zein Hamid Gang?Manggis Nomor 10 atau ke pameran-pameran yang sering diikutinya. Dalmi tidak memasarkan melalui distributor karena keuntungan yang sangat kecil hanya sekitar lima persen, sementara dengan sistem door to door?bisa mendapatkan keuntungan antara 40 sampai 50 persen.

Sejumlah instansi dan perusahaan kini menjadi pelanggannya. Seperti penjahit Chaidir yang mempercayakan sepatu karyawannya ke produk buatan Dalmi, pegawai-pegawai Disperindag, bahkan pejabat seperti Kasim Siyo juga menggunakan sepatu buatannya.

"Saya membuka sedikit rahasia tentang produk sepatu yang banyak dipasarkan. Kalau soal kulit, Indonesia mempunyai produk nomor satu dengan pabrik di Sidoarjo, Jawa Timur. Tapi, tapaknya yang banyak disesuaikan karena harganya relatif tinggi dan itu merupakan barang impor," ujarnya.

Kualitas tapak itulah yang sering "diutak-atik" produsen untuk menyesuaikan ongkos produksi. "Lalu soal tapak yang lekang, itu bukan karena kualitas lem. Lem yang digunakan semua sama, tapi itu tergantung kualitas kerja," ujarnya.

Karena tetap mempertahankan mutu bahan serta kualitas kerja, Dalmi berani menjamin sepatu produksinya tidak gampang lekang. Dia menetapkan harga bervariasi tergantung model dan kualitas bahan mulai dari ratusan ribu rupiah hingga ada yang berharga Rp450 ribu sepasang.

"Kalau tempahan khusus, bahkan bisa mencapai harga Rp1 juta," katanya.

Soal produksi, Dalmi mempekerjakan empat orang tenaga terampil dengan kemampuan produksi rata-rata delapan pasang perhari, tergantung kebutuhan pasar atau pesanan.

Kini, Dalmi berkeinginan ilmunya tersebut bisa diserap generasi muda yang mempunyai minat menjadi usahawan pembuat sepatu. Karena itu, melalui wadah UKM Center dia telah membuat pelatihan, diharapkan setelah itu mereka ikut magang ke produsen sepatu dan setelah mahir bisa mandiri.

"Secara SDM, sebenarnya kita sangat bagus. Tapi sayangnya kita kalah di teknologi. Saya harap pemerintah melalui instansi terkait bisa memperhatikan hal ini agar produsen sepatu kita terbantu dari segi permodalan dan teknologi," pungkasnya.

Tag: Nurdalmi

Penulis: Khairunnisak Lubis

Editor: Cahyo Prayogo

Foto: Khairunnisak Lubis