Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Eddy Misero mengungkapkan bahwa implementasi digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terhambat akibat tingkat literasi yang rendah.
“Mari kita semua petakan baik-baik, sekali lagi bahwa UMKM itu adalah sisinya middle to low dari segi pendidikan. Jadi literasi digital yang diharapkan tidak bisa frontal, kita semua perlu berproses. Alhamdulillah kami berproses menuju itu,” ujar Eddy acara daring bertajuk Peran Fintech dalam Digitalisasi UMKM yang dihelat Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) pada Kamis (7/9/2023).
Tidak hanya terkendala soal tingkat literasi, UMKM juga terkendala dari sisi modal, khususnya untuk mengakses informasi, pendanaan, alat, dan sejenisnya. Eddy pun sempat blak-blakan terhadap provider telekomunikasi, Telkomsel, untuk mengalokasikan paket data ke UMKM.
Baca Juga: Cerita Pemilik Usaha Batik Tinularsih Berhasil Ekspansi Berkat Digitalisasi UMKM
“Memungkinkan enggak? Kalau serius [mereka] mau membantu? Kalau bisa, jangan jadi pelaku UMKM yang fixed mindset, harus growth mindset,” terang Eddy.
Berdasarkan riset AFPI sebelumnya, permintaan pembiayaan UMKM masih belum merata dan masih terpusat di Jawa dan Bali, yakni 62% dari total pembiayaan UMKM di Indonesia pada 2022 yang sebesar Rp1.400 triliun.
Sementara itu, segmen pertumbuhan usaha tertinggi justru berada di wilayah Indonesia Timur dengan skala ultra mikro dan mikro. Namun, hingga saat ini, wilayah tersebut masih mengalami keterbatasan akses pendanaan, khususnya dari perusahaan teknologi finansial (fintech) berbasis peer-to-peer (P2P) lending.
Di sisi lain, sampai pada tahun 2026, AFPI memproyeksikan kebutuhan total pendanaan untuk pengusaha UMKM akan mencapai Rp4.300 triliun. Namun, jika infrastruktur digital masih belum siap, realisasi total pendanaan tersebut belum tentu tercapai.
Baca Juga: Sekjen AFPI Ungkap Tiga Tantangan Digitalisasi UMKM, Apa Saja?