Kenaikan suku bunga yang agresif dari The Fed telah memberikan ketakutan besar di pasar saham. Di antara para ahli yang membunyikan alarm adalah Ray Dalio, pendiri dana lindung nilai terbesar di dunia Bridgewater Associates.
Dalam posting LinkedIn pada bulan Juni, Dalio memperingatkan bahwa pengetatan Fed dapat menyebabkan stagflasi atau kondisi ekonomi yang ditandai dengan inflasi tinggi tanpa pertumbuhan ekonomi yang kuat dan lapangan kerja yang biasanya menyertainya.
"Dalam jangka panjang The Fed kemungkinan besar akan memetakan jalan tengah yang akan mengambil bentuk stagflasi," ujar Dalio mengutip Yahoo Finance di Jakarta, Senin (29/8/22).
Baca Juga: Ambil Langkah Kontroversial, Miliarder AS Ray Dalio Lepas Saham dari Berbagai Perusahaan China
Dalam percakapan baru-baru ini dengan investor lain, Jeremy Grantham, Dalio mengatakan dia melihat negara-negara dengan laporan pendapatan dan neraca yang baik meski badai mengintai.
“Emerging Asia sangat menarik. India menarik,” tambahnya.
Selama masa inflasi ini, Dalio juga menahan beberapa saham yang menurutnya akan bertahan, seperti perusahaan yang menjual produk sehari-hari selayalnya Procter & Gamble (P&G) serta Johnson & Johnson (JNJ).
P&G merupakan holding terbesar Bridgewater sebagai saham defensif dengan kemampuan untuk memberikan pengembalian uang tunai kepada investor.
Pada bulan April, dewan P&G mengumumkan kenaikan dividen 5%, menandai peningkatan pembayaran tahunan ke-66 berturut-turut perusahaan. Saham saat ini menawarkan hasil dividen tahunan sebesar 2,5%.
Sebagaimana diketahui, P&G adalah raksasa kebutuhan pokok konsumen dengan portofolio merek tepercaya. Ini adalah produk yang dibeli rumah tangga, terlepas dari kacaunya perekonomian.
Kemudian, Johnson & Johnson memiliki posisi yang mengakar kuat di pasar kesehatan konsumen, obat-obatan dan perangkat medis. Secara total, JNJ memiliki 29 produk yang masing-masing mampu menghasilkan lebih dari USD1 miliar (Rp14,8 triliuln) dalam penjualan tahunan.
Johnson & Johnson tidak hanya membukukan laba tahunan berulang, tetapi juga menumbuhkannya secara konsisten. Selama 20 tahun terakhir, pendapatan Johnson & Johnson yang disesuaikan telah meningkat pada tingkat tahunan rata-rata 8%.
JNJ mengumumkan kenaikan dividen tahunan ke-60 berturut-turut pada bulan April dan sekarang menghasilkan 2,7%.
Pada 30 Juni, Bridgewater memegang 4,33 juta saham JNJ, senilai sekitar USD769 juta (Rp11,4 triliun) pada saat itu dan menjadikannya kepemilikan dana terbesar kedua.