Kamis, 21 November 2024 Portal Berita Entrepreneur

Pengusaha Perempuan Binaan BRI, Dulang Untung dari Usaha Ecoprint

Foto Berita Pengusaha Perempuan Binaan BRI, Dulang Untung dari Usaha Ecoprint
WE Entrepreneur, Jakarta -

Sebagai penggemar mode, perempuan asal Surabaya bernama Ida Rosita (41 tahun) memutuskan untuk terjun ke industri ecoprint. Awal mulanya, kampung tempatnya tinggal di Jambangan, Surabaya, mengikuti lomba Surabaya Smart City (SSC). Ini merupakan program yang diluncurkan Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2019.

Salah satu tujuan lomba tersebut adalah untuk memberdayakan masyarakat, mengajak wanita-wanita di kampung berkegiatan agar mendapat penghasilan tambahan. Pada lomba ini, Ida mengusulkan memulai usaha pakaian Wanita dengan mengadopsi Teknik ecoprint dengan nama Ecoprint Girly Lestari.

Baca Juga: Ekonomi Pulih, Restrukturisasi Covid-19 BRI Turun 55 Persen

"Awalnya Surabaya Smart city ini kan di kampung, sebenarnya bukan saya yang menggagas ecoprint ini. Jadi, saya sama Bu RT membuat apa gitu di kampung yang sekiranya sama warga bisa bareng-bareng, terus ada lomba SSC tahun 2019 kami buat ecoprint untuk menunjukkan keunggulan atau usaha yang dimiliki kampung kami," kata Ida, mengutip siaran pers BRI di Jakarta, Selasa (14/6/2022).

Saat itu hasil produk ecoprint di kampungnya menjadi daya tarik wisatawan yang datang. Seiring berjalannya waktu, Ida melihat ada potensi yang bisa dikembangkan melalui kerajinan ecoprint ini. Jadi, dia memutuskan membuka usaha sendiri di tahun 2019, meski saat itu usahanya belum memiliki izin resmi.

Selang setahun kemudian, tepatnya tahun 2020 akhirnya Ida memiliki izin usaha ecoprint. "Biar tetap jalan dan tidak mengandalkan penjualannya ketika ada tamu saja datang ke kampung baru kejual, saya pikir harus punya izin-izin agar bisa masuk ke sentra-sentra UKM. Jadi, saya urus izinnya biar penjualannya bisa continue juga,” ujarnya.

Perempuan asal Surabaya ini menjelaskan, ecoprint adalah seni mencetak daun, bunga, akar, kayu di atas kain, dan bisa dijadikan produk fashion, craft, dan home decor. Dari sini, dia berkomitmen untuk menghasilkan produk-produk zero waste guna mengurangi limbah dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.

Untuk modal, terbilang masih sedikit yaitu Rp3 juta saja yang dipakai untuk membeli bahan-bahan membuat ecoprint, mulai dari kain dan pewarna alam, tapi itu tidak termasuk peralatan. Lebih lanjut, karena usaha ecoprint ini bukan murni hasil gagasan Ida, produksinya masih dibantu warga setempat. Ada 1-2 orang yang membantu. Mereka akan mendapatkan upah ketika ada barang yang terjual.

"Kayak komisi, kami gak gaji tiap bulan. Pokoknya kalau ada yang laku saya kasih (ke yang membantu). Jadi tidak terikat," ujarnya.

Adapun produk-produk yang dijual dari hasil ecoprint, yang paling murah adalah masker dijual seharaga Rp20.000 per pcs. Sementara, produk termahal adalah ecoprint baju dengan kisaran harga Rp350.000 hingga Rp400.000.

Perempuan asal Surabaya ini mengungkapkan, ciri khas hasil produk ecoprint yang dibuatnya terletak pada warna yang cerah. Biasanya, ecoprint itu menyerupai batik. Namun, untuk mencegah hal itu, ia memilih beragam warna agar lebih menarik konsumen.

Dibantu BRI

Selama merintis usaha, Ida mengungkapkan kerap mengalami kesulitan di bidang pembiayaan alias modal. Pintu terbuka ketika Ida memberanikan diri mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada BRI untuk membeli alat pengukus kain.

"Saya mengajukan pertengahan tahun 2021. Waktu mengajukan mudah sekali, waktu itu juga ada program diskon. Enam bulan pertama ada diskon, jadi saya ngambil Rp10 juta, tidak banyak, saya hanya butuh untuk beli alat kukusan saja," ujarnya.

Tak berhenti di situ, ketika pandemi melanda Indonesia pada awal Maret 2020, usaha ecoprint milik Ida turut terdampak. Kunjungan wisatawan yang datang ke kampung yang selama ini menjadi pembeli potensial produk ecoprint miliknya berkurang drastis.

Penjualan ecoprint sudah merambah ke luar Surabaya, seperti ke daerah Jawa Barat karena Ida juga menjual produk secara online melalui e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan PaDi UMKM. Produk yang paling laris adalah produk fashion seperti baju, kain, kemeja, mukena, jilbab, dan sebagainya. Per bulannya mampu terjual 10 produk ecoprint untuk kategori fashion, sementara untuk produk lainnya tak menentu tergantung pesanan dan minat.

Tak hanya fokus berjualan, ecoprint milik Ida giat mengikuti berbagai kegiatan, seperti mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR tahun 2021, usai usahanya lolos kurasi dari BRI. Kemudian, Lokal Jatim Keren yang juga digagas BRI. Ida mengaku sering mendapatkan dan mengikuti pelatihan-pelatihan dari BRI, berupa pelatihan ekspor-impor.

"Pengaruhnya ikut pelatihan saya jadi tahu digital marketing, cara-cara menawarkan barang via sosmed, bikin google bisnisku, dan lainnya. Saya juga belajar dari BRI dan saya terinspirasi bikin google bisnisku dan produk saya jadi mudah dikenal," tambah Ida.

Ida kini mendapatkan kemudahan dalam mengajukan pinjaman ke BRI. Selain sudah menjadi nasabah lama BRI, dia juga rajin mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan BRI. Harapannya, ke depan usaha ecoprint miliknya bisa merambah pasar luar negeri alias ekspor. Saat ini, itulah cita-cita yang ingin dicapainya.

Tag: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Entrepreneur

Penulis: ***

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Foto: BRI