Dua tahun lamanya Bali mati suri akibat pandemi Covid-19 yang memporak-porandakan ekonomi nasional. Setelah adanya pelonggaran aturan perjalanan, Bali yang mengadalkan kehidupan pariwisata kini mulai kembali bergeliat.
Saat Pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di awal pandemi tahun 2020, kegiatan usaha pariwisata di Bali bisa dikatakan lumpuh total. Sebab kegiatan wisata, baik untuk turis asing maupun wisatawan lokal, tidak diperbolehkan.
Dampak perekonomian akibat pandemi dirasakan oleh mayoritas masyarakat Bali, khususnya mereka yang mencari nafkah di sektor pariwisata. Baik dari bidang jasa, tour and travel, penginapan, dan usaha makanan, hingga pelaku usaha mikro kelas menengah (UMKM) yang menjual oleh-oleh khas Bali untuk para wisatawan.
"Pas dulu lockdown (PSBB) mati semua usaha di sini. Karena bener-bener ndak ada turis datang," kata salah seorang pengemudi taksi online, Made, Senin (4/4/2022).
Baca Juga: Hore! Indonesia Resmi Dibuka Kembali untuk Turis Asing
Sepanjang masa pandemi Covid-19, memang ada beberapa kali momen wisatawan domestik memanfaatkan untuk liburan ke Bali. Terutama saat liburan akhir tahun.
Hanya saja, pengetatan aturan wisata sepanjang pandemi akibat lonjakan kasus Covid-19 membuat Pulau Dewata tersebut tak banyak bisa menujukkan pesonanya.
Bali yang biasanya ramai pun menjadi redup. Beberapa lokasi tempat wisatawan biasa beraktivitas seperti Kuta di Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan beberapa lokasi lainnya, terlihat sangat sepi.
Sejak Bali kembali membuka pintu untuk warga negara asing (WNA) dan adanya penghapusan karantina, sedikit demi sedikit kehidupan wisata di Bali mulai kembali normal. Apalagi, syarat bagi pelaku perjalanan domestik kini sudah dilonggarkan.
"Sekarang lumayan, turis lokal banyak yang sudah datang. Walau belum seperti dulu, tapi Bali sudah mulai ramai lagi," jelas Made.
Baca Juga: Sekarang Saatnya Bisnis Kafe dan Resto Kembali Bangkit
Pria yang sebelumnya berprofesi sebagai guide tersebut mengaku saat ini banyak mengantar turis lokal menuju lokasi-lokasi wisata, tempat-tempat kuliner, bandara, dan pusat perbelanjaan oleh-oleh.
"Karena sekarang banyaknya wisatawan lokal, semua pasti cari oleh-oleh. Paling banyak saya antar kayak ke Joger ya yang emang khas oleh-oleh Bali," tuturnya.
Joger Pabrik Kata Kata memang menjadi salah satu pusat perbelanjaan oleh-oleh rujukan wisatawan, khususnya turis lokal.
Sejak pariwisata Bali berangsur normal, daerah di sekitar toko Joger Pabrik Kata Kata juga kembali ramai. Seperti terlihat di toko Joger yang berada di Jalan Raya Kuta, Badung.
Bus-bus pariwisata dan mobil-mobil sewaan wisatawan tampak berjajar rapi di parkiran toko Joger Pabrik Kata Kata ketika membawa rombongan wisatawan dari berbagai daerah.
Banyaknya wisatawan yang berbelanja di toko Joger membuat seputaran Jalan Raya Kuta juga ikut terdampak secara ekonomi.
Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin Dorong Lembaga Keuangan Salurkan Kredit kepada Pelaku Sektor Pariwisata & UMKM
Di sepanjang Jalan Raya Kuta kini mulai tampak pedagang kaki lima (PKL) yang ikut menjajakan barang dagangannya. Kebanyakan adalah penjual oleh-oleh, mulai dari baju-baju khas Bali sampai penganan tradisional.
Sebut saja Sandi yang mengaku sudah lama tidak bisa berjualan akibat lapaknya gulung tikar dampak pandemi Covid-19. Sebelumnya, ia berjualan di salah satu tempat parkir bus-bus pariwisata di kawasan Kuta.
"Sementara di sini dulu. Di sini kan yang bikin ramai Joger, tujuan utama orang-orang ke sini. Semua travel ngarahin ke sini. Jadi kita numpang cari makan karena Joger," ungkap Sandi.
Menurut bapak 2 anak itu, para PKL di sekitar toko Joger baru berjualan dalam waktu seminggu terakhir. Sandi mengatakan, mereka memanfaatkan momen keramaian sejak wisatawan mulai banyak kembali datang ke Bali.
"Saya baru beberapa hari jualan di sini. Sambil menunggu tempat, nanti seperti dulu di tempat parkir bus-bus pariwisata. Karena sekarang sudah mendingan banyak turis, dulu pas awal-awal Covid parah sekali kami nggak bisa jualan," kisahnya.
Baca Juga: Menparekraf Bertemu KADIN Bahas Pengembangan Kawasan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia
Hal senada juga disampaikan oleh Ane, seorang ibu paruh bayu asal Banyuwangi yang sudah puluhan tahun menjadi pedagang oleh-oleh baju di Bali. Ia mengaku selama 2 tahun terakhir beberapa kali banting setir berjualan barang lain, namun tak banyak mendapat keuntungan.
Setelah pariwisata Bali mulai dibuka, Ane kembali berdagang baju menyasar wisatawan.
"Ada lah (turis) lokal sekarang, biasanya sama bule jualannya. Gara-gara Corona abis bulenya," kata Ane.
Ane pun mengikuti sejumlah teman sesama pedagang oleh-oleh membuka lapak di sekitaran toko Joger untuk mencari pembeli.
"Soalnya banyak bus pariwisata ke Joger. Saya baru 4 hari jualan di sini. Kami coba cari peruntungan. Lumayan karena Joger, kami juga jadi kecipratan rezeki," sebut Ane.
Bukan hanya pedagang baju saja yang banyak didatangi pembeli. Salah satu PKL yang menjual penganan khas Bali, Dade menyatakan kini sudah bisa bernafas lega sebab dagangannya setiap hari laku dibeli.
"Rame di Joger sini. Saya pindah-pindah awalnya, tapi 2 mingguan coba jualan di sini, lumayan jadi lebih banyak dapat berkatnya," ujar Dade.
Toko Joger Pabrik Kata Kata sendiri memang sudah banyak didatangi para wisatawan yang datang ke Bali. Dengan protokol kesehatan ketat, manajemen mengatur agar pembeli yang datang tetap nyaman saat berbelanja namun juga aman terhindar dari penyebaran virus Covid-19.
"Saya dan keluarga kalau ke Bali pasti ke sini sih emang belanjanya. Karena lengkap ya macem-macem ada, dan Joger kan unik ya barang-barangnya. Baju-bajunya juga khas banget," ucap salah seorang pelanggan di toko Joger Pabrik Kata Kata bernama Ari.
Perempuan asal Jakarta itu mengaku bersyukur kini Bali perlahan mulai kembali bisa menghidupkan pariwisatanya. Ari juga menyatakan, ia banyak membeli di toko UMKM-UMKM untuk membantu perekonomian Bali.
Baca Juga: Produk Koperasi dan UMKM Harus Banjiri e-Commerce Dalam Negeri
"Karena kalau dengar cerita mereka miris sekali, banyak juga yang usaha kecil gulung tikar gara-gara pandemi. Semoga Bali bisa kembali hidup lagi seperti sebelum Covid, karena Bali kan ikon pariwisata kebanggaan Indonesia ya," terang dia.
Sekalipun traffic di sekitar lokasi perbelanjaan oleh-oleh seperti si Jalan Kuta Raya terkadang padat, Ari menilai hal itu wajar mengingat ada banyak aktivitas perekonomian di daerah tersebut.
“Ya kan pusat perbelanjaan di sini nggak cuma satu aja, ada banyak juga. Tempat kuliner juga banyak. Wajarlah kalau agak macet-macet dikit. Namanya tempat wisata di mana-mana juga macet,” tukas Ari.