Pendiri Bukalapak, Achmad Zaky mengungkap rencananya usai pensiun sebagai CEO Bukalapak. Dalam obrolan bersama WellShared di kanal YouTube bertajuk "Rahasia Membangun Startup Yang "Disruptive" - Online Class bersama Achmad Zaky", ia berujar bahwa kedepannya ia akan menjalani hobi.
Hobinya adalah masih seputar bisnis. Ia berharap bisa memberikan dampak perubahan dan gebrakan bagi anak muda yang ingin membangun startup serta melakukan inovasi melalui pengalamannya selama 10 tahun mendirikan Bukalapak.
Selain itu, Zaky juga bersedia menjadi Angel Investor bagi startup yang berani disrupsi industri serta memiliki pasar sangat besar.
Baca Juga: Cerdas! Pendiri Bukalapak Achmad Zaky: Indonesia Perlu Ekosistem yang Berani Gagal
"Saya percaya sebuah startup memang tercipta untuk mendisrupsi suatu industri yang kurang efisien," ujar Zaky.
Untuk membangun startup, menurut Zaky tak cukup hanya bermodalkan menjadi engineer, tetapi juga harus memiliki ciri-ciri founder yang sesuai target Zaky.
Karena itu, Zaky selalu menuturkan kepada para founder startup untuk bisa mengefisiensikan pengeluaran. Kebanyakan startup yang bangkrut adalah karena overspending atau istilahnya 'bakar duit.'
Kebanyakan startup yang hari ini sukses justru tumbuh karena berhasil bertahan, berhasil berjuang melewati masa-masa terburuk.
Bukalapak sendiri, saat baru-baru berdiri tidak ada investor yang mendanai, industri yang dijalani juga sedang tidak hype, SDM yang ada juga seadanya. Para pendiri Bukalapak bahkan rela tidak mendapatkan gaji selama satu tahun pertama. Semuanya mereka kerjakan sendiri, mulai dari coding, UI/UX, sampai mencari customer.
Dengan pertumbuhan secara organik, pertumbuhan Bukalapak justru sangat efisien.
Zaky menjelaskan bahwa pengeluaran dana yang tidak efisien akan membunuh startup. Justru, pengeluaran dana yan efisien akan menyelamatkan perusahaan hingga menumbuhkan perusahaan lebih-lebih lagi.
Cara-cara kreatif Bukalapak dalam melakukan pemasaran saat tidak memiliki banyak uang justru menjadikan pertumbuhan Bukalapak seperti sekarang. Karena itu, Zaky mengarahkan jika ingin melakukan pengeluaran, bagilah menjadi dua, yang pertama adalah fixed cost (biaya tetap) dan yang kedua adalah variable cost (biaya tidak tetap).
Fixed cost biasanya berhubungan dengan karyawan, kantor dan infrastruktur lainnya seperti teknologi. Semua ini bisa ditekan, terutama soal karyawan. Banyak founder yang bangga memiliki banyak karyawan, tetapi apakah efisien? Apakah memang butuh banyak orang?
Kantor atau bangunan juga bisa ditekan biayanya, seperti pindah ke tempat yang lebih murah. Teknologi yang digunakan juga bisa diganti dengan operasional yang lebih murah. Untuk variable cost, maksimalkan untuk eksplor eksperimen.
Karena itu, tips dari Achmad Zaky adalah tekan biaya fixed cost, lakukan banyak eksperimen dalam varible cost dan fokus pada pertumbuhan. Zaky sendiri mengaku tak suka dengan startup yang tidak memiliki dana marketing. Karena itu akan mempersulit pertumbuhan startup yang butuh dari variable cost.
Setelah itu, ada Customer Acquisition Cost (CAC) yang digunakan untuk menggaet customer. Perhitungan CAC ini harus di bawah 1 (satu).
Adapun cara untuk menumbuhkan pelanggan melalui CAC ini bisa melalui media sosial, public relation dengan membangun cerita, Sarch Engine Optimizing (SEO), membuat produk viral, kualitas produk, dan penjualan langsung ke pelanggan yang paling profitable. Zaky mengakui SEO sangat membantu pertumbuhan Bukalapak. Bahkan, hingga hari ini, 80% pertumbuhan Bukalapak berasal dari SEO.
Zaky ingin menekankan bahwa semua startup tumbuh secara perlahan. Saat Bukalapak baru merintis, Bukalapak dikenal sebagai marketplace jualan sepeda dan kamera. Tetapi dari fokus itulah Bukalapak bisa berkembang hingga sekarang.
Sebuah startup yang baik harus bisa mengefisiensikan pengeluaran. Mulai dari gaji tetap karyawan, menjunjung partnership marketing yang merupakan win win solution, serta pelayanan yang maksimal.
"Untuk bisa mendisrupt pasar yang besar, harus lebih memiliki performa dibanding yang lainnya," ujar Zaky.