Kamis, 25 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Cerdas! Pendiri Bukalapak Achmad Zaky: Indonesia Perlu Ekosistem yang Berani Gagal

Foto Berita Cerdas! Pendiri Bukalapak Achmad Zaky: Indonesia Perlu Ekosistem yang Berani Gagal
WE Entrepreneur, Jakarta -

Pendiri Bukalapak, Achmad Zaky menyuarakan pentingnya bagi generasi muda untuk mendirikan startup. Ini karena Indonesia sangat membutuhkan banyak lapangan pekerjaan dan menyelesaikan masalah-masalah bangsa.

Zaky sendiri menceritakan dalam acara dengan Institute Pertanian Bogor (IPB) di YouTube "Talk With Achmad Zaky", bahwa di Amerika Serikat (AS) untuk membeli barang di Amazon membutuhkan waktu tiga hari untuk sampai. Tetapi di Indonesia, cukup dengan GoSend atau GrabExpress, pesanan bisa sampai dalam satu hari.

Karena itu, Zaky menuturkan negara berkembang seperti Indonesia memiliki peluang besar untuk tumbuh dengan cepat serta menciptakan inovasi yang hanya dimiliki negara berkembang.

Baca Juga: Bos Bukalapak Rogoh Kocek Ratusan Juta Rupiah Buat Borong Saham!

Untuk memulai startup, Zaky menuturkan tak diperlukan gelar mentereng atau lulusan kampus ternama. Menurutnya, semua orang bisa memulai startup.

Untuk diketahui, startup adalah perusahaan dengan risiko tinggi, pertumbuhan yang juga tinggi, mendisrupsi bisnis lain, fokus pada teknologi dan inovasi, serta sulit untuk ditiru.

Perjalanan kesuksesan startup mirip seperti manusia yang masih bayi, sekolah, sampai akhirnya Initial Public Offering (IPO) yang artinya sudah dewasa.

Zaky bahkan berujar bahwa saat awal ia mendirikan Bukalapak yakni tanpa modal. Skill yang ia miliki hanya coding sehingga Zaky dan rekan-rekannya tidak digaji selama setahun demi keberlangsungan bisnis Bukalapak.

Barulah di tahun berikutnya, Bukalapak bertemu dengan Angel Investor yang memberikan dana secara cuma-cuma hanya karena tertarik dengan ide menarik. Bahkan, Angel Investor biasanya belum memulai apapun sudah diberikan dana.

Seharusnya, menurut Zaky, anak-anak muda di Indonesia harus memiliki semangat mencoba. Karena, kebanyakan investor justru mencari pengusaha yang pernah gagal. Karena itu berarti pengusaha tersebut sudah belajar dari kegagalan.

"Indonesia ini perlu dibangun ekosistem yang kalau gagal justru bagus persepsinya," ujar Zaky.

Dahulu, jika ingin membangun perusahaan, persepsinya pasti dibiayai negara atau konglomerat. Tetapi kini, ada Venture Capital yang dapat memberikan dana kepada rakyat biasa hingga membangun startup, seperti Facebook, Alibaba, Gojek, dan lain sebagainya.

Zaky menuturkan era Indonesia saat ini yang baru memiliki enam unicorn, sama seperti era Amerika Serikat (AS) tahun 1960-70an, yang bahkan era sebelum Steve Jobs menciptakan Apple. Dan kebanyakan, founder startup B sebelumnya pernah bekerja di startup A. Seperti founder Xiaomi, Lei Jun, ia pernah bekerja di Kingsoft.

AS merupakan negara yang memiliki banyak startup. Bahkan, perekonomian negara berasal dari startup, 38% lapangan pekerjaan juga berasal dari startup.

Lebih lanjut, Zaky menjelaskan jika ingin menciptakan startup pastikan dahulu pasar yang dituju, besar atau tidak. Cara mengeceknya adalah apakah produk tersebut akan digunakan semua orang setiap hari atau tidak. Selanjutnya adalah unik dan dianggap ide gila.

Bahkan, Zaky mengungkap bahwa ia dan Nadiem Makarim pernah berpikir kuliah online sejak sebelum pandemi sehingga anak muda di Papua bisa berkuliah. Karena itu, sebuah produk dari startup akan berkembang dengan baik jika founder-nya juga memakai produk tersebut. Selain itu, founder juga harus memiliki skill komunikasi yang baik.

Produk buatan startup biasanya terkenal karena viral, lalu memiliki pelanggan yang setia, banyak pengunjung ke platform, sehingga berujung pada biaya pelanggannya akan murah dan secara organik akan tumbuh sendirinya.

"Traffic yang gratisan seperti ini justru lebih tinggi daripada yang berbayar," ujar Zaky.

Untuk itu, buatlah produk yang sudah pasti disukai oleh pelanggan. Membangun startup tidak bisa idealis, justru harus sangat pragmatis dengan memenuhi keinginan customer. Biasanya, produknya juga simpel, dan low cost. Dengan produk yang simpel bisa melakukan eksperimen.

Selanjutnya, fokus pada pengguna yang setia. Contohnya, pada satu tahun pertama, Bukalapak hanya fokus dengan sepeda. User yang mencari sepeda bisa setia hingga membuka 100 halaman. Karena itu, Bukalapak berawal dari user yang spesifik yakni fokus pada sepeda.

Barulah Bukalapak viral, menerima banyak masukan sehingga berkembang, dan melakukan pivot ke banyak kategori produk. Zaky menambahkan, jika sebuah ide terasa buntu dan tidak berkembang, jangan ragu untuk melakukan pivot.

Kesalahan startup biasanya adalah tidak melakukan pivot, tidak memiliki tim yang solid, overspending (keuangannya buruk), hilang fokus atau model bisnisnya buruk.

Karena itulah, Zaky menuturkan pentingnya memiliki founder seorang eksekutor yakni orang yang memiliki skill komunikasi yang baik, bersedia bertemu dengan investor, bersedia bertemu dengan pelanggan, dan lain sebagainya.

Tag: Achmad Zaky, Bukalapak

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Instagram/Achmad Zaky