Jum'at, 29 Maret 2024 Portal Berita Entrepreneur

Pandemi Jadi Momentum Pelaku UMKM untuk Go Digital

Foto Berita Pandemi Jadi Momentum Pelaku UMKM untuk Go Digital
WE Entrepreneur, Jakarta -

Pandemi Covid-19 memaksa para pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bermigrasi dari bisnis offline ke daring. Karena itu, pemerintah telah menetapkan target pada 2023, paling tidak ada 30 juta dari 64 juta UMKM di Indonesia telah go digital.

Saat ini baru sekitar 12 juta UMKM yang telah memanfaatkan teknologi digital. Digitalisasi UMKM dinilai membawa banyak manfaat, terutama dalam perluasan pasar. Kemudian, digitalisasi juga membuka kesempatan yang luas bagi UMKM untuk mengembangkan usaha dan naik kelas, bahkan bila mungkin lompat kelas.

Baca Juga: Ahli Kesehatan Kembali Ingatkan: Vaksinasi Tak Mencegah Covid-19, Tapi Bisa Kurangi Risiko Kematian

Ada banyak contoh UMKM yang berhasil mengembangkan usahanya, bahkan di tengah terpaan krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Mereka tak cuma kreatif dan pintar memanfaatkan internet, tapi juga ulet dan tahan banting.

Seperti cerita dari Pendiri Batik Trusmi Cirebon, Sally Giovanny. Ia mengaku mengalami perubahan cara usaha karena adanya pandemi Covid-19. Perubahan cara usaha itu salah satunya dengan memanfaatkan teknologi atau menjual produk secara online.

Sally menuturkan, saat ini apabila pelaku UMKM tidak beradaptasi dengan perubahan zaman, maka bisa saja. tertinggal. "Saya sangat merasakan dampak pandemi, tapi tidak boleh menyerah, kami justru berinovasi. Saya terkena pandemi sempat tutup (toko), lalu kita buat produk masker kain batik. Jadi, walaupun pandemi kita harus beradaptasi, melihat apa kebutuhan pasar. Supaya pengerajin tetap bisa bekerja, karyawan tetap bisa berjualan,” kata dia dalam Webinar #JagaUMKMIndonesia, dengan tema UMKM Sukses di Tengah Pandemi, Kamis (5/8).

Namun demikian, selain memanfaatkan digital, Sally pun menyampaikan pelaku UMKM juga harus memiliki niat kuat, ulet, kerja keras, serta tidak cepat merasa puas dengan hasil yang ada.

“Kita juga butuh disiplin segala hal. Misal menata keuangan, menata diri kita, mengatur kebiasaan kita, itu kunci. Kalau kita enggak disiplin, semua akan berantakan. Upgrade skill, sebab dalam bisnis banyak ilmu-ilmu baru yang perlu kita update,” jelas dia.

Sementara itu, Pendiri dan Ilustrator Kamalika Artprints Winarti Handayani pun mengakui dirinya juga memanfaatkan platform online saat pandemi. Ia menuturkan seperti menemui celah baru dalam memasarkan dan menjual produk, bahkan lebih dari berjualan secara tatap muka.

“Jualan online itu sebenarnya gampang-gampang susah. Tapi, kita pasti bisa kalau kita mau belajar, melihat orang lain seperti apa atau kita berusaha belajar dari yang sudah lebih mapan atau lebih baik dari kita,” ucap dia.

Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Eddy Misero mengungkapkan baru ada sekitar 20% pelaku UMKM, dari total 64 juta, yang beralih dari konvensional ke digital. Karena itu, pihaknya mengaku akan terus mendorong pelaku UMKM secara bertahap, agar mereka dapat beradaptasi dengan teknologi baru.

Ia menuturkan, keterbatasan terhadap pengetahuan digitalisasi, serta kurangnya pembinaan terhadap teknologi, kerap menjadi kendala utama mengapa pelaku UMKM banyak belum beralih ke digital.

“Mereka enggak ngerti. Itu yang harus kita sadarkan, menjadi tanggung jawab asosiasi, bagaimana mereka lebih mengerti tentang digital itu. Memasuki usia Indonesia ke-76 tahun, kita harus menang, walaupun kita masih harus terseok-seok dengan kondisi yang ada,” tutur Eddy.

Direktur Teknik BRI Insurance (BRINS) Ade Zulfikar juga menyatakan, UMKM merupakan penggerak utama perekonomian nasional dalam hal struktur ekonomi. Sebab, kata dia, kontribusi UMKM terhadap PDB adalah sebesar 62%, serta penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan sangat tinggi.

Karena itu, dalam rangka memastikan setiap UMKM memiliki proteksi atas berbagai risiko yang ada, misal saja risiko kegagalan usaha karena faktor eksternal, meliputi kecurian, risiko kebakaran, risiko kerusakan tempat usaha, dan lain sebagainya, pihaknya meluncurkan BRINS Agent.

Menurut Ade, BRINS Agent merupakan tools untuk memasarkan dan mengedukasi produk asuransi mikro milik BRINS, yang digunakan oleh agen bank laku pandai dengan jumlah lebih dari satu juta agen dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sasaran utama adalah masyarakat mikro dan UMKM.

“Pengembangan UMKM tidak hanya tentang bagaimana UMKM naik kelas, namun juga tentang proteksi, dan aset utama dari UMKM adalah dan pelaku UMKM sendiri,” tutur dia.

Tag: Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Covid-19

Penulis: Boyke P. Siregar

Editor: Alfi Dinilhaq

Foto: Boyke P. Siregar