Pendiri Bukalapak, Achmad Zaky lahir pada 24 Agustus 1986, seorang putra dari pasangan suami istri yang berprofesi sebagai guru SMP di Sragen, Jawa Tengah.
Meski bukan lahir dari keluarga berada, Zaky sudah mengenal dunia teknologi sejak sekolah dasar. Itu diawali dari sebuah komputer pemberian pamannya pada tahun 1997. Sejak itulah Zaky tertarik dengan pemrograman.
Zaky memasuki masa SMA di SMA 1 Solo. Sejak SMA, Zaky sudah mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) mewakili sekolahnya di bidang komputer. Berkat prestasi itulah Zaky berhasil melanjutkan pendidikannya di kampus bergengsi Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Informatika.
Baca Juga: Tawarkan Saham ke Publik, Bukalapak Jadi Unicorn Indonesia Pertama yang Melantai di BEI
Meski saat baru memasuki kuliah Zaky sangat minder akan aksen logat jaawanya, tetapi ia akhirnya membenahi diri, Zaky mulai berteman dengan orang-orang yang lebih pintar darinya. Tak dianya, pada semester pertamanya, Zaky mendapatkan IP 4,00! Setelah itu, Zaky pun bertemu dengan Fajrin Rasyid yang juga menjadi co-founder Bukalapak.
Zaky sangat aktif di kampus. Ia pernah menjadi penggagas perubahan nama Entrepreneur Club menjadi Techno Entrepreneur Club. Serta lahirnya sebuah cabang ShARE Global Student Think Tank di ITB.
Zaky juga pernah menyabet juara 2 pada perlombaan MIC (Wireless Innovation Contest) pada tahun 2007 yang diadakan oleh Indosat dan Merit Award dalam kompetisi INAICTA (Indonesia ICT Awards) tahun 2008.
Zaky juga turut mendapatkan beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat untuk melanjutkan studi nya di Oregon State University selama dua bulan. Padahal, saat itu, Zaky belum begitu mahir berbahasa Inggris.
Setelah lulus kuliah, usai ditolak berkali-kali melamar pekerjaan, Zaky akhirnya mencoba membangun perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan konsultasi IT dalam mengembangkan website, aplikasi serta strategi pemasaran digital bernama Suitmedia.
Setelah itu, barulah Zaky terpikir untuk mendirikan e-commerce karena melihat di sekitaran rumahnya di kampung halamannya, banyak usaha kecil yang tidak berkembang selama belasan tahun lamanya.
Melihat fenomena tersebut, aky terinspirasi untuk menciptakan sebuah software yang berguna untuk jadi tempat dan bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha kecil. Terlebih sebagai salah satu bentuk pengembangan agar berkembang lebih besar lagi.
Menyadari bahwa itu adalah hal besar dan tak bisa dikerjakan sendirian, Zaky pun memutuskan untuk mencari seorang partner guna mengerjakan visi tersebut. Nugroho Herucahyono salah seorang temannya semasa kos dibandung ia tunjuk untuk keikutsertaannya dalam proyek ini.
Bersama Nugroho, bermodalkan uang 90 ribu untuk membeli domain, akhirnya proyek itu diluncurkan ke publik pada 10 Januari 2010. Barulah nama Bukalapak tercipta karena sesuai dengan visi misi perusahaan serta mudah diingat.
Setelah satu tahun berdiri, Bukalapak pun akhirnya menggaet 10.000 UKM. Padahal, saat baru diluncurkan, Bukalapak tak dilirik sedikitpun. Akhirnya, setelah menyentuh 10.000 pengguna, Zaky pun mulai mencari investor. Saat-saat itu adalah saat yang paling berat bagi Zaky karena proposalnya ditolak berkali-kali.
Seiring berjalannya waktu, impian Bukalapak mulai terwujud. Salah satu perusahaan asal Jepang, Batavia Incubator, menjadi investor pertama yang menanamkan modal. Pada tahun 2012 kembali mendapatkan suntikan dana dari GREE Ventures.
Lalu pada tahun 2014 seiring dengan peluncuran aplikasi mobile, perusahaan seperti Aucfan, IREP, 500 startup dan GREE Ventures berinvestasi di Bukalapak. Pada tahun 2015, EMTEK ikut bergabung ke dalam jajaran investor dan memiliki saham terbesar.
Hingga pada tahun 2018, tercatat sekitar 4 juta UKM Indonesia yang bergabung bersama Bukalapak. Kini, Bukalapak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan niat baik Zaky membawanya menjadi salah satu pendiri dengan perkiraan harta kekayaan menembus triliunan rupiah.
Ini berdasarkan data prospektusnya, Zaky memegang 5,76% saham Bukalapak atau setara 4.452,515.674 unit saham. Dengan asumsi harga saham IPO Rp750-850/saham, maka valuasi saham Zaky menjadi Rp3,34-Rp 3,78 triliun dan masih bisa melesat.