Kedatangan 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 di Indonesia pada awal bulan Desember 2020 menjadi kabar baik bagi dunia bisnis dan ekonomi. Program vaksinasi bisa menjadi awal bagi akhir era pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia hampir sepanjang tahun 2020 ini.
Era vaksinasi tentu perlu dimanfaatkan para leader dengan sigap dan cekatan agar bisa memulihkan bisnis di masing-masing organisasi. Selain itu, para leader perlu menginspirasi anggota tim agar mampu mengoptimalkan peluang dengan baik di tahun 2021 mendatang.
Baca Juga: KOL Stories X Yasa Singgih: No Instan-Instan Club! Kalau Gak Mau Misqueen
Lantas, bagaimana cara para leader agar mampu memanfaatkan peluang di era pemulihan ekonomi pada tahun 2021 mendatang? Simak wawancara jurnalis Warta Ekonomi, Annisa Nurfitriyani, dengan CEO Kubik Leadership, Jamil Azzaini, dalam program KOL Stories berikut ini.
Di tahun 2020 ini ada banyak perusahaan yang terpuruk akibat terkena dampak negatif Covid-19, apa hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin apabila organisasi yang dipimpinnya mengalami kerugian atau bahkan kebangkrutan?
Menurut saya, dalam menjalankan bisnis itu harus dinikmati. Apabila bisnis tersebut masih memberikan profit dan benefit, lanjutkan. Namun, apabila profit dan benefit tersebut tidak bisa kita dapatkan, kita harus menghentikan bisnis tersebut. Jangan letakkan bisnismu di dalam hatimu, tapi letakkan bisnismu di dalam tanganmu.
Jadi, jangan sampai kita diperbudak oleh bisnis karena kita adalah tuannya. Jika terjadi kerugian, tetapi setelah diprediksi masih bisa kembali atau reborn, bisa kita teruskan.
Bagaimana cara terbaik bagi seorang pemimpin untuk memotivasi tim agar bisa bangkit pada tahun 2021 mendatang?
Saya memiliki rumus 4 E dalam menjalankan bisnis: Enjoy atau menikmati prosesnya; Easy atau mudah dalam menjalankannya; Excellent atau menjalankannya dengan sebaik-baiknya; dan Earn atau menghasilkan bagi kita. Jadi, jika kita masih memiliki 4 E itu, jalani saja bisnis tersebut karena bisnis bukan hanya tentang profit, melainkan juga tentang benefit dan kepuasan hati atas segala sesuatu yang dia perjuangkan.
Untuk bangkit dari keterpurukan, pemimpin perlu menerapkan strategi-strategi bisnis baru. Lantas, bagaimana cara pemimpin mendorong anggota tim agar berani melakukan eksperimen guna mencari dan menerapkan strategi bisnis baru tersebut?
Untuk bisa bangkit, bisnis tersebut harus mencari purpose-nya, seperti mengapa bisnis tersebut bisa lahir? Apa yang bisa kita berikan kepada masyarakat? Apa yang membuat karyawan atau tim kita bekerja dengan sungguh-sungguh? Jika kita menemukan sesuatu yang mulia di balik bisnis kita, kita tidak akan pernah letih dan tidak akan patah semangat.
Bisnis tidak hanya sekadar profit dan benefit, tetapi juga soal sesuatu yang lebih dari itu karena saya ingin berbuat sesuatu dan membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi. Jika kita hanya mementingkan profit, akan lebih mudah pailit. Karena bisnis bukan hanya profit, ada sesuatu yang bisa Anda perjuangkan untuk bisa menjadi legacy untuk masyarakat luas.
Selain itu, yang terpenting itu adalah orangnya. Jika saya merujuk pada apa yang telah disampaikan oleh Carol Dweck, terdapat dua tipe orang: fixed mindset dan growth mindset. Untuk bisa melakukan sejumlah strategi dan memotivasi tim kita agar berani dalam melakukan sesuatu, kita perlu menerapkan growth mindset. Jika ada ide, jalankan. Jika ada kesalahan, minta maaf. Jadi, bagi seorang pemimpin di era yang memerlukan strategi dan ide baru, tanamkan ambil keputusan yang dapat membangun dan memotivasi tim Anda.
Secara umum, apa saja kesalahan umum yang dilakukan oleh para pemimpin sehingga mereka gagal membawa organisasi yang dipimpinnya mengarungi tantangan pandemi Covid-19? Kemudian apa pelajaran yang bisa dipetik oleh seorang pemimpin dari pelajaran pandemi Covid-19 ini?
Kesalahan terbesar dari seorang pemimpin adalah mudah panik. Sepanik apapun, kita tidak perlu menunjukkan kepada anggota tim. Jadi, pemimpin harus tetap tenang dan bisa memotivasi anggota tim untuk terus bekerja dengan baik. Selain itu, kesalahan lainnya dari seorang pemimpin adalah selalu menyalahi anggota tim dan menolak saran atau nasihat dari anggota tim lainnya.
Menurut Anda, apa saja kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar bisa diandalkan membawa organisasi yang dipimpinnya bangkit pada tahun 2021 mendatang?
Menurut saya, jika seorang pemimpin ingin lebih powerful dibandingkan anggota timnya, paling tidak ada tiga hal yang bisa melekat. Pertama, harus mempunyai kualitas diri sebagai seorang pemimpin, yaitu expert apa yang bisa diasah dan disumbangkan di perusahaannya, dan value apa yang ada dalam dirinya.
Jadi, kualitas ideal tersebut harus bisa melekat pada seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus selalu berkontribusi pada perusahaannya. Kedua, pemimpin perlu bertanggung jawab terhadap segala sesuatu. Jika terdapat suatu kesalahan, pemimpin tersebut tidak menyalahkan anggota timnya. Ketiga, pemimpin perlu memiliki integritas.
Banyak yang mengatakan bahwa pandemi Covid-19 semacam lembar ujian bagi para pemimpin di dunia, menurut Anda adakah sosok pemimpin di Indonesia yang berhasil melewati ujian ini dengan sangat baik? Sehingga bisa menjadi role model atau benchmark bagi para pemimpin lain.
Di Indonesia banyak pemimpin yang bisa menjadi role model yang akan menyelamatkan dan mengembangkan bisnisnya. Karena di antara mereka yang bisa menjadi role model selalu mengedepankan purpose, value, dan cara mengembangkan SDM, bukan hanya angka pencapaian bisnis saja.
Sosok pemimpin bisnis yang bisa menjadi role model menurut saya adalah Direktur PLN, Bapak Zulkifli Zaini, kemudian klien kami dari Astra Group juga bisa menjadi role model. Untuk UKM juga banyak pemimpin yang bisa menjadi role model.
Baca Juga: KOL Stories x Tama: Jurus Jitu Menyulap Usaha Kecil Jadi Besar!
Di era startup seperti sekarang, ada banyak pemimpin baru yang langsung dihadapi dengan tantangan pandemi Covid-19. Apa saran Anda bagi para pemimpin startup agar perusahaan yang mereka rintis bisa bangkit pada tahun mendatang?
Untuk startup, bisnis itu bukan hanya sekadar profit, melainkan juga benefit. Jika kita fokus pada benefit, profit akan mendatangi kita. Namun, jika kita hanya berfokus pada profit, suatu saat bisnis kita akan pailit.
Ingat kembali, pebisnis itu bukan pedagang, melainkan entrepreneur, berpikir untuk jangka panjang, bukan untuk hari ini saja. Untuk itu, selalu kembali ke purpose dari bisnis tersebut. Karena bagi saya, kita adalah makhluk spiritual yang sedang menjalankan kehidupan profesional.
Jadi, jika kita memiliki purpose yang jelas, bisnis kita akan menjadi lebih kuat dan tidak bisa tergoyahkan. Purpose tersebut harus rasional, kemudian memenuhi kaidah emosianal, dan ada unsur spiritual.