Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso mengatakan, dirinya sulit untuk melihat dan merasakan denyut detak jantung perekonomian yang bergerak di grass root ekonomi saat ini.
Imbas pandemi virus Covid-19 yang tidak hanya menjangkiti kesehatan, tetapi juga melumpuhkan ekonomi hingga menyebabkan perekonomian nasional minus pada kuartal II 2020 tercatat minus 5,32%.
"Maka, sesungguhnya yang diadu dalam krisis ini adalah siapa yang punya tabungan banyak, siapa yang punya bantalan tebal. Itulah yang kuat dalam waktu yang lama sebelum ditemukan vaksin," kata Sunarso dalam webinar online bersama Warta Ekonomi, Kamis (8/10/2020).
Baca Juga: Menkop Teten: UMKM Harus Bisa Jadi Penyangga Ekonomi Nasional
Sunarso menuturkan, akibat pandemi Covid-19, aktivitas interaksi masyarakat secara langsung terhambat, namun tetap butuh makan dan minum, juga mengonsumsi barang dan jasa.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berkomitmen untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional melalui sejumlah langkah nyata, yang difokuskan pada upaya penyelamatan dan recovery UMKM dari tekanan dampak pandemi Covid-19.
Dilihat dari entitas usaha, 98,68% di Indonesia itu entitasnya usaha mikro.
"Kemudian naik yang namanya kecil hanya 1,2%, yang menengah 0,09% kemudian yang korporasi besar itu 0,01%. Kontribusi terhadap PDB itu mencapai 609%, bahkan penyerapan tenaga kerjanya mencapai 97% tenaga kerja Indonesia bekerja di segmen UMKM ini," kata Sunarso.
Sunarso mengatakan, rasio enterpreneur di Indonesia terhadap total jumlah penduduk itu masih relatif rendah dibandingkan negara-negara lain.
"Bukan membesarkan UMKM itu dengan cara semua ditahan di mikro, ditahan di kecil, bukan. Tetapi, yang belum masuk ke enterpreunership, kita masukkan ke enterpreneur supaya orang tidak mencari kerja, tapi menciptakan lapangan kerja," ujar Sunarso.
Dukungan digitalisasi transaksi di pasar-pasar ini ditujukan agar para pedagang pasar terbantu memasarkan dagangannya kepada konsumen secara virtual tanpa harus bertemu secara langsung di lokasi pasar.
"BRI hadir dalam BRI Web pasar, e-commerce kelas pasar becek. Itu sangat membantu, maka barang-barang yang diproduksi petani di desa, dapat dibawa ke pasar di kota atau sub-urban, pedagangnya dipasar menggunakan aplikasi kemudian kita buat promosi yang sangat lokal di sekitar pasar," kata Sunarso.
Baca Juga: Berkat Pendampingan PLN, Omzet UMKM Wisata Tani Betet Nganjuk Melesat Tajam
Baca Juga: Facebook Gelontorkan Rp12,5 M untuk UMKM
lebih lanjut, Sunarso menjelaskan, cukup lewat aplikasi dan bertemu secara online. Setelah deal, ada jenis pekerjaan baru, yaitu kurir, yang mengantar barang itu dan menagih pembayaran. Penagihan pembayaran disediakan dalam tiga bentuk, QR Code, kartu gesek, dan cash.
"Demikian ekosistem yang kita kemas dalam pasar becek web market. Ekosistem yang kita kemas dalam pasar becek web market. Idenya muncul di Maret, sekarang di seluruh Indonesia ada 14.000 pasar becek, dan alhamdulillah yang sudah menggunakan ada 4.513 pasar dan sudah melibatkan 107.000 pedagang," kata Sunarso.