Sabar pria 40 tahun asal Magelang, Jawa Tengah menerima bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Kewirausahaan berupa motor roda tiga dari Kementerian Sosial melalui Sentra “Antasena” di Magelang pada Januari 2021 lalu. Semenjak mendapat bantun itu diakuinya banyak membantu mobilitas usahanya.
“Ini baru ambil kayu (yang dibeli) dari daerah Salaman sana, mau bikinin pesanan orang,” kata Sabar saat ditemui di rumahnya di Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Magelang dalam siaran pers Kemensos, Selasa (25/4/2023).
Kendati sepasang kakinya nyaris tak berfungsi, sepasang tangan Sabar, bergerak sangat cekatan. Puluhan kayu segera berpindah dari punggung motor ke teras rumah. Tak lama, kayu-kayu itu sudah berada di atas pangkuan Sabar, menjadi obyek pembuatan kusen, pintu, atau lemari.
“Biasanya, memang sendiri begini. Sudah biasa sendiri, ngga dibantuin orang lain, apalagi sejak dapat bantuan motor roda tiga dari Kemensos ini,” kata pria tiga anak ini.
Baca Juga: Kisah Pengrajin Ukir dan Penjual Canang Pejati di Klungkung Omzet Naik Setelah Terima Bantuan PENA
“Motornya berguna sekali untuk (mobilitas) saya, beli kayu dan mengantarkan barang (kusen/pintu/lemari) pesanan orang-orang, bahkan ke alamat yang jauh sekalipun,” tambahnya.
Sabar berprofesi sebagai pembuat kusen, pintu, lemari, dan sebagainya. Usaha mandirinya itu digelutinya sejak tahun 2000-an
Setiap bulannya, dia bisa menerima pesanan dari 4-5 pelanggan. Pesanan itu kebanyakan dia garap sendiri, kecuali jika pesanan yang datang berbarengan dalam jumlah yang besar.
Sabar mengungkapkan harganya pun bervariasi. “Harga termurah itu jendela sekitar Rp300 ribuan, kalo pintu Rp500 ribuan, kursi sekitar Rp800 ribuan. Nah, kalo lemari itu paling mahal, sekitar Rp2,5 juta,” katanya menjelaskan.
Dia menyebut pelanggannya berasal dari orang-orang di sekitar wilayah Kabupaten Magelang. Mayoritas pelanggannya datang sendiri untuk memesan ke rumah. Namun, saat pesanan jadi, mereka meminta Sabar untuk mengantarnya langsung ke alamat pemesan.
Sebelum didukung motor roda tiga, untuk bisa mengantar pesanan, termasuk mengambil kayu di lokasi tertentu, Sabar mengisahkan, dulu dia harus menyewa mobil pick up dan menyisihkan uang untuk membayar sewa mobil itu.
“Untuk biaya sewa mobil ya sekitar Rp100 ribu-Rp250 ribu, tergantung jaraknya. Kalo antar barangnya ke daerah Mungkid, Borobudur itu bisa sampai Rp300 ribuan, ngikutin tarif yang dikasih sama yang punya mobil,” ucapnya.
Karena harus menyisihkan uang untuk sewa mobil itu, Sabar mengungkap, pendapatan yang diterimanya tak pernah utuh. “Hasil penjualan barangnya lebih sedikit karena harus dipotong pengeluaran sewa mobil itu,” katanya melanjutkan.
Baca Juga: Ditangani Risma, Kemensos Sukses Masuk Sepuluh Kementerian Terbaik se-Indonesia!
Sejak adanya motor roda tiga dua tahun belakangan, dirasakan Sabar, pendapatannya cenderung lebih besar.
“Sekarang, Alhamdulillah, saya rasakan, pendapatan jadi lebih banyak, ngga perlu dipotong untuk transport atau bayar sewa mobil lagi,” akunya lega.
Jika sebelumnya, pendapatan per bulannya sekitar Rp2 juta-Rp3 juta masih harus dipotong tiap kali pengantaran barang, maka kini, pendapatan itu bisa ia terima bersih.
Selain itu, manfaat yang dirasakan Sabar dari motor roda tiga, yakni mendukung penuh aksesibilitasnya. Ia bisa mengambil kayu dan mengantar pesanan kapan pun dia mau.
“Kalo ada orang mau ke mana, saya bisa antar. Kalo ada orang mau bikin apa, saya bisa ambil dan antar sendiri,” kata dia.
Meski terbilang sudah cukup mandiri dengan usahanya untuk kategori penyandang disabilitas, namun Sabar masih berharap bisa memiliki toko sendiri.
“Harapan saya, ke depannya, saya ingin usaha saya ini berkembang lebih besar dan punya toko sendiri. Kalo bisa, pengennya punya toko di sekitar Kecamatan Salaman karena di sana lokasinya strategis,” ujarnya, yang diamini sang istri, Dinda Sulistiyani.