Menteri Koperasi dan UKM (Menkop-UKM) Teten Masduki mengatakan, keterlibatan sektor UMKM Indonesia dalam rantai nilai global masih sangat rendah dibandingkan negara ASEAN, yaitu 4,1%. Jumlah ini masih jauh dibandingkan Vietnam 20% dan Malaysia 46,2%.
Selain itu, baru 7% UMK yang bermitra dengan usaha besar. Berbeda dengan China yang mencapai 70%. Pasalnya, UMKM di China merupakan bagian industri di China.
Baca Juga: UMKM Naik Kelas, Kemenkop-UKM Gandeng 17 BUMN dan 2 Perusahaan Besar
"Tingginya biaya logistic inbound dan outbund dan rendahnya daya saing, ease of doing business (EODB) Indonesia stagnan peringat 73," ujarnya pada Forum Kemitraan UKM/IKM dengan BUMN dan Usaha Besar, di Gedung Smesco, Kamis (24/11/2022).
Menteri Teten mengatakan, sesuai arahan Presiden, Kemenkop-UKM diminta membentuk kemitraan UMKM dengan usaha besar dan masuk ke dalam rantai pasok global agar menaikkan peluang UMKM naik kelas.
Selain itu, kondisi ekonomi cukup baik saat ini, pada kuartal III-2022 tumbuh sebesar 5,72 YoY. Angka ini meningkat jauh dibandingkan mitra dagang utama Indonesia, yaitu China sebesar 3,9% dan Amerika sebesar 1,8%.
"Hal ini tidak lepas dari peran UMKM yang memberikan dampak bagi perekonomian di Indoensia," ucapnya.
Teten menegaskan, diperkiraan perekonomian Indonesia akan melambat disebabkan adanya tensi politik dan inflasi. Namun, IMF memprediksi ekonomi Indonesia tetap tumbuh di angka 4,97%.
"Kita harus tetap waspada, kebijakan ke depan adalah menjaga daya beli masyarakat dan memperkuat UMKM dalam struktur ekonomi," tegas Menteri Teten.