Sabtu, 23 November 2024 Portal Berita Entrepreneur

Cara Menjadi Technopreneur, Berbisnis di Bidang Teknologi

Foto Berita Cara Menjadi Technopreneur, Berbisnis di Bidang Teknologi
WE Entrepreneur, Jakarta -

Galih Pratama, Co-Founder dan COO dari BuildWith Angga (BWA), platform untuk belajar coding, desain, UI/UX, hingga Bahasa Inggris menjelaskan tugas dan fungsinya sebagai COO yakni untuk merealisasikan tugas dari CEO dalam bentuk eksekusi bersama tim lainnya.

Galih lebih memilih bekerja di startup karena bisa mendapatkan lebih banyak pengalaman dan pembelajaran. Dengan bekerja di startup, Galih bisa memiliki tanggung jawab besar dan peran yang besar dibandingkan harus bekerja di korporasi yang sudah memiliki nama. Lebih lanjut, Galih bercerita bahwa ia memulai karir sejak tahun 2013 sebagai developer.

Baca Juga: Apa Itu Technopreneur?

Dalam video YouTube berajuk "KotaTalks 8: Dari Developer ke Tech Entrepreneur", Galih bercerita bahwa ia mempelajari HTML sejak kelas 3 SMP. Hobinya yang 'ngulik' membuatnya setia di bidang IT. Untuk menjadi technopreneur, bisa dimulai dari mengajak teman atau kolega dengan kemampuan berbeda untuk berbisnis. Kamu bisa membuat aplikasi di bidang IT, sementara temanmu yang lain bisa mengurus dari segi marketing atau bisnis lainnya.

Memulai startup bisa dari mencari masalahnya, cukup lihat lingkungan sekitar dan buatlah solusi untuk permasalahan tersebut. Jika solusi tersebut berjalan, bisa diputuskan untuk dimonetisasi atau enggak. Jadi, untuk membuat suatu produk bisa dimulai dari suatu masalah yang ada di lingkungan sendiri, sebelum ingin mengubah dunia.

"Lebih baik langkahnya kecil-kecil tapi konsisten, daripada langkahnya gede (besar) tetapi tidak dilakukan," ujar Galih.

Oleh karena itu, seorang technopreneur harus memiliki mindset terus belajar dan adaptasi dengan cepat karena teknologi terus berkembang.

Secara umum, untuk menjadi pebisnis memang tak harus memiliki skill ngoding, tetapi jika ingin menjadi technopreneur, maka akan lebih baik jika bisa ngoding untuk dapat lebih mengerti kinerja tim IT nantinya. Sementara untuk menjadi technopreneur, selain pemahaman di bidang teknologi, perlu juga memahami manajerial untuk kerja sama tim. Yang pertama harus dilakukan dalam menjadi technopreneur adalah mencari masalah dan menemukan solusinya, setelah itu semuanya akan mengalir dan terus belajar.

Galih menuturkan suka duka membangun startup berasal dari idealisme kita yang yakin bahwa bisnis yang kita jalani pasti sukses dan berhasil. Namun, begitu terjun ke market, ternyata cukup sulit diterima, sehingga mengendurkan semangat. Tetapi ketika ide kita diterima masyarakat, rasa senangnya pun terbayar. Selain itu, membangun startup juga memakan banyak waktu, bahkan bisa sampai kurang tidur untuk menjalani bisnis. Idealis boleh, tetapi harus tetap realistis.

Secara keseluruhan, Galih mendapatkan banyak ilmu di bidang teknologi justru dari luar, bukan saat sekolah atau perkuliahan. Galih lebih banyak belajar secara mandiri daripada belajar formal. Untuk menjadi technopreneur, diperlukan mindset yang siap menerima perubahan mendadak di bidang teknologi.

"Berbisnis itu yang penting memberikan value ke orang lain," ujar Galih.

Video lengkapnya:

Oleh karena itu, belajar, berguru dan berjuanglah bersama teman-teman yang juga mau berusaha keras. Barulah kemudian, satukan visi bersama.

Tag: Technopreneur, Belajar Teknologi

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Unsplash/Rawpixel