Miliarder pendiri PayPal dan Palantir Technologies, Peter Thiel memang tampak memiliki semuanya. Namun, mimpinya untuk membangun rumah 'anti kiamat' di Selandia Baru telah mendapat tentangan.
Mega-estate seluas 477 hektar yang ia beli pada tahun 2015 seharga USD13,5 juta (Rp200 miliar) di negara Pasifik Selatan tempat ia memegang kewarganegaraan telah menjadi kontroversial.
Melansir New York Post di Jakarta, Senin (22/8/22) pria 54 tahun ini meminta perusahaan Second Star Ltd-nya untuk membangun kompleks mirip bunker yang luas berisi spa, ruang teater, pod meditasi dan perpustakaan di properti yang menghadap ke Danau Wanaka di Pulau Selatan yang masih alami di Selandia Baru.
Baca Juga: Mengenal Jim Ratcliffe, Miliarder Inggris Berharta Rp181 T yang Tertarik Beli Manchester United
Namun, rencana untuk oasis 10 kamar tidurnya digagalkan setelah meningkatnya seruan dari para pencinta lingkungan, dengan landasan "lanskap merugikan dan efek visual terhadap lingkungan."
"Mega-estate ini dirancang dengan cara yang mengintegrasikan bentuk bangunan ke dalam konteks lanskap dan situs sambil memberikan setiap kamar tamu dengan pemandangan menghadap ke utara tanpa gangguan menuju Danau Wanaka dan Pegunungan Alpen Selatan," kata mereka.
Menurut keputusan komisaris independen atas nama dewan, mansion ini akan memiliki tampilan visual yang khas dan akan terlihat dari banyak sudut pandang.
“Ini akan menjadi skala dan dampak yang cukup besar sehingga akan menarik perhatian dan menjadi dominan secara tidak tepat,” kata mereka.
Wanaka merupakan sebuah kota berpenduduk sekitar 8.500 orang dan telah dikenal sebagai kota kelas atas bagi para pengusaha teknologi, kapitalis ventura, dan bisnis.
Thiel yang memiliki kekayaan sekitar USD7,7 miliar (Rp114 triliun) dan telah memiliki beberapa properti di negara ini selama bertahun-tahun. Thiel cukup percaya bahwa Selandia Baru adalah tempat terbaik untuk menghindari bencana global.