Hari kedua Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pada lawatan dinasnya ke Washington DC dalam rangka menghadiri rangkaian IMF-WBG Spring Meetings 2022, Ia kembali melanjutkan agenda-agenda penting yang telah diatur sebelumnya.
Mengawali hari kedua, Menkeu memimpin pertemuan Koalisi Para Menteri Keuangan untuk Perubahan Iklim, bersama dengan Menteri Keuangan Finlandia.
Baca Juga: Diskusi Sri Mulyani dengan Menkeu Brazil Terkait Isu Geopolitik
"Pertemuan Koalisi ditujukan untuk mendiskusikan upaya Koalisi dalam menanggapi krisis energi yang terjadi tanpa harus mengorbankan tujuan jangka menengah dalam penanganan isu perubahan iklim," menurut siaran resmi tertulis dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pada Rabu (20/4/2022).
Dalam pertemuan ini, Menteri Keuangan memimpin sesi diskusi mengenai pendekatan multilateral untuk harga karbon. Sri Mulyani menyampaikan bahwa penetapan harga karbon internasional agar lebih seimbang dengan mempertimbangkan kapasitas masing-masing negara. Ia juga mengajak untuk mewujudkan transisi yang adil dan terjangkau.
Baca Juga: Sri Mulyani Temui Menkeu AS Janet Yellen di Washington, Bahas Ini
Tidak hanya itu, Sri Mulyani juga menjadi panelis pada acara Tackling Food Insecurity: The Challenge and Call to Action, bersama dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Managing Director IMF, Presiden Bank Dunia, dan Presiden IFAD. Dalam acara tersebut, Menteri Keuangan menyerukan perlunya tindakan untuk mengatasi potensi terjadinya krisis ketahanan pangan sebagai dampak dari perang di Ukraina.
"Perang dan tindakan-tindakan yang menyertainya telah memicu kenaikan harga komoditas energi dan pangan. Apabila hal tersebut tidak diantisipasi secara dini, akan menimbulkan krisis pangan di negara-negara miskin dan rentan yang memiliki kapasitas fiskal yang terbatas," ujarnya.
Sri Mulyani juga turut serta menghadiri acara yang diselenggarakan oleh IMF dengan tajuk A Dialog with G20 Emerging Markets. Dialog ini dipimpin oleh Managing Director IMF dan dihadiri oleh negara-negara emerging market anggota G20, antara lain Indonesia, Saudi Arabia, Agentina, Brazil dan Afrika Selatan.
Dalam penjelasannya, MD IMF menyatakan bahwa perekonomian global sedang mengalami goncangan geopolitik dan menghadapi konsekuensi dari tidakan yang diterapkan dalam merespons kondisi geopolitik dimaksud.
Baca Juga: Pertemuan Bilateral Sri Mulyani dengan Menkeu Malaysia Bahas Tradisi Ramadan
"Negara-negara emerging menghadapi efek limpahan (spillover) yang lebih luas, antara lain terjadinya gangguan perdagangan internasional, kenaikan harga komoditas, termasuk pangan dan energi, meningkatnya jumlah pengungsi dan isu humanitarian. Tantangan ini menjadi sangat signifikan mengingat dunia masih dalam upaya memperkuat prospek pertumbuhan ekonomi global," imbuh Sri Mulyani.
Menkeu Sri Mulyani mendorong para pembuat kebijakan untuk terus memperkuat pemulihan ekonomi yang tangguh dan inklusif, mengatasi dampak buruk pandemi, melakukan reformasi transformasional untuk mengatasi tantangan dan peluang perubahan iklim dan pemanfaatan teknologi digital (digitalisasi).
Baca Juga: Sri Mulyani: Neraca Dagang Indonesia Surplus Berturut-turut
Selain agenda-agenda di atas, Menkeu Sri Mulyani juga melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden dua Lembaga keuangan internasional yaitu ADB dan Bank Dunia, dan melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa negara mitra utama, yaitu Menteri Keuangan Amerika Serikat, Malaysia, Agentina, dan Brazil.
Pertemuan dengan Presiden ADB mendiskusikan upaya-upaya konkret untuk dapat segera mewujudkan mekanisme transisi energi melalui percepatan penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara dan secara bersamaan, mengembangkan energi alternatif terbarukan. Menteri Keuangan menyampaikan bahwa transisi energi merupakan salah satu target capaian dari Presidensi G20 Indonesia.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan Presiden Bank Dunia membicarakan antara lain mengenai peningkatan kerjasama antara Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia. Dalam hal ini, Bank Dunia telah menjadi mitra pemerintah dalam proses reformasi kebijakan di Indonesia. Sri Mulyani menyampaikan bahwa saat ini, pemerintah sedang melakukan reformasi kebijakan fiskal, antara lain dengan menata dan memperkuat hubungan pemerintah pusat dan daerah agar lebih sinergis dan seimbang.
Baca Juga: Menkeu: Kemungkinan Aktivitas Masyarakat dan Ekonomi Indonesia Kembali Terakselerasi
Kemudian, pertemuan dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat banyak membahas mengenai agenda-agenda prioritas pada Presidensi G20 Indonesia. Salah satu agenda yang menjadi target deliverables adalah pembentukan fasilitas pembiayaan untuk pencegahan, kesiapsiagaan dan penangangan pandemi di masa depan sebagai bagian dari penguatan arsitektur kesehatan internasional. Menteri Keuangan Amerika Serikat memberikan dukungan penuh atas pencapaian target dimaksud.
Menkeu Sri Mulyani menyampaikan bahwa pandemi harus dapat diantisipasi dan ditangani sejak dini. Apabila tidak maka biaya yang diperlukan untuk mengatasinya akan menjadi sangat jauh lebih besar. Pada pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Brazil dan Argentina, Menkeu Sri Mulyani kembali menyampaikan agar di tengah krisis geopolitik saat ini, G20 tetap dapat memainkan peran sebagai forum ekonomi internasional yang mampu mengatasi isu-isu strategis dan kritis melalui upaya kolektif dan terkoordinasi.
Baca Juga: Pertemuan Bilateral Sri Mulyani dengan Menkeu Afrika Selatan
Menteri Keuangan Argentina dan Brazil memberikan dukungan penuh kepada Presidensi G20 Indonesia untuk mencapai berbagai target deliverablesnya, termasuk dalam penanganan dampak krisis geopolitik, masalah kesehatan global, pandemi, perubahan iklim, dan stabilitas keuangan internasional.
Sementara pertemuan dengan Menteri Keuangan Malaysia membahas mengenai upaya bersama dalam merelaksasi peraturan terkait counter measures COVID-19 pandemic. Kedua Menteri juga berdiskusi mengenai dampak kenaikan harga CPO kepada ekonomi masing masing negara dan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap perubahan harga. Indonesia dan Malaysia sepakat untuk terus bekerja sama menangani dampak lingkungan dari CPO tersebut.