Meski menjadi anak dari konglomerat ternama, Putri Tanjung, anak dari Chairul Tanjung, tetap bekerja keras. Ia pun mengakui bahwa dirinya mendapatkan privilege yang luar biasa dari kedua orang tuanya.
"Privilege itu 'kan titipan dari Allah yang gak semua orang dapat. Aku melihat privilege itu adalah tanggung jawab," ujar Putri, dalam video YouTube bertajuk 'Putri Tanjung, Anak Konglomerat yang Hobi Kerja dan Jadi Pembantu Kepala Negara.'
Karena itulah, Putri merasa privilege yang ia miliki membuatnya harus bekerja lebih keras, belajar lebih keras, dan memberikan dampak lebih dari orang-orang yang tidak memiliki privilege seperti dirinya. Ia sudah ingin menjadi pengusaha seperti sang ayah karena ia melihat menjadi pengusaha bisa memberikan kontribusi yang banyak dan memberikan manfaat kepada banyak orang.
Baca Juga: Cerita Putri Tanjung Hanya Untung Rp15 Ribu Saat Pertama Kali Berbisnis
Putri tak merasakan hidup mewah layaknya anak konglomerat lainnya. Pasalnya, ia dididik cukup keras sehingga mindset dan nilai-nilai sebagai pengusaha sudah tertanam. Putri bahkan hanya mendapatkan uang jajan Rp15 ribu saat masih Sekolah Dasar di Al Azhar.
Sejak kecil, Putri sudah khawatir apakah ia bisa membuat bangga dirinya hingga orang tuanya? Karena hidup sebagai anak pengusaha yang sukses memberikan tekanan hidup yang signifikan kepada dirinya.
Ayahnya juga terus mengatakan bahwa bagaimanapun caranya, Putri harus bangga kepada dirinya. Karena semua orang memiliki hak yang sama untuk sukses.
"Mau dia anaknya pengusaha, mau dia gendernya apa, umurnya berapa, semua orang punya hak yang sama untuk sukses," ujar Putri mengutip perkataan ayahnya.
Saat sekolah, Putri bahkan merasakan dibully karena ia sangat tinggi, gemuk dan memiliki rambut yang keriting sehingga dijuluki 'Brokoli'. Setiap field trip pun Putri juga keseringan ke kantor ayahnya sehingga mendapat gunjingan dari teman-temannya. Berawal dari situlah Putri mulai terjun organisasi hingga dipercaya kepala sekolah untuk membuat event yang menjadi cikal bakal Putri menyukai dunia event.
Sejak usia 15 tahun, Putri pun sudah membuat event ulang tahun temannya. Dari sana Putri belajar banyak, dan mendapatkan keuntungan pertamanya hanya Rp15 ribu.
Tekanan-tekanan yang Putri hadapi sejak dulu menjadi awal dirinya meneguk kesuksesan di hari ini. Putri berhasil mengubah energi negatif menjadi positif untuk memacu dirinya sendiri.
Pernah suatu hari saat sedang presentasi mengajukan sponsor, orang-orang tersebut malah mencemooh Putri yang baru berusia 17 tahun dan ingin membuat acara besar. Perkataan mereka yang menyuruh Putri meminta uang kepada ayahnya, sangat menyakitkan untuk Putri. Namun, itu justru menjadi acuan baru untuk dirinya agar tidak menyerah.
Selain itu, Putri juga pernah membuat event festival hingga rugi ratusan juta. Namun, bagi Putri, pengusaha dan kegagalan adalah teman untuk belajar. Meski demikian, Putri mengakui bahwa menyiapkan mental dalam menerima kegagalan adalah hal yang sulit.
Hal yang membuat Putri kuat dan bertahan saat gagal adalah goal yang menjadi tujuannya dan tim yang selalu bersamanya. Proses yang Putri jalani sangat menentukan posisi Putri hari ini. Mulai dari didikan dan nilai-nilai prinsip orang tuanya, presentasi ke sana-sini hingga membangun perusahaan.
Dulu, Putri merasa risi setiap kali disangkut-pautkan dengan sang ayah. Namun, semakin dewasa, Putri semakin bisa berdamai dengan diri sendiri karena memang pencapaiannya hingga hari ini tak terlepas dari didikan dan peran orang tuanya.