Kamis, 09 Mei 2024 Portal Berita Entrepreneur

Enaknya Jadi Orang Kaya, Menghindar dari Perang, Miliarder Rusia Rogoh Rp5,6 M untuk Hidup di Dubai

Foto Berita Enaknya Jadi Orang Kaya, Menghindar dari Perang, Miliarder Rusia Rogoh Rp5,6 M untuk Hidup di Dubai
WE Entrepreneur, Jakarta -

Miliarder Rusia membayar ribuan pound untuk menunggu perang atas Ukraina di Dubai. Ini karena pemimpin mereka, Presiden Rusia Vladimir Putin terus menyebabkan pertumpahan darah di Ukraina yang hancur.

Uni Emirat Arab (UEA) telah menjadi salah satu dari sedikit negara yang tidak memihak atas tindakan Putin dan telah menyambut pasangan miliarder asal Rusia ini untuk duduk di luar invasi dalam kemewahan.

Melansir Daily Star di Jakarta, Kamis (31/3/22) banyak orang Rusia harus menanggung beban presiden impulsif mereka dan telah terkena sanksi Barat, tidak terkecuali bagi orang kaya.

Baca Juga: Capek Jadi Aktivis Short Selling, Miliarder Investor Ini Banting Stir Investasi Jangka Panjang

Miliarder yang tidak disebutkan namanya, bersama sang istri, Anastasia ini baru saja pindah dari Moskow ke Dubai. Sang istri menjelaskan bahwa "hidupnya baik" sejak pindah ke Timur Tengah.

Mereka berharap untuk melihat perang di salah satu lokasi kota paling eksklusif di kediaman Bulgari, di mana sewa rata-rata sekitar £300.000 (Rp5,6 miliar) setahun, lapor The Telegraph.

“Ada begitu banyak orang Rusia di sini sehingga terasa seperti di rumah sendiri,” katanya.

Sementara itu, miliarder dan pemilik Chelsea FC, Roman Abramovich baru-baru ini terlihat sedang berburu rumah di Palm Jumeirah Dubai yang menawarkan apartemen lima tempat tidur hingga £8 juta (Rp150 miliar).

Saat orang Rusia berduyun-duyun ke Dubai, superyacht juga terlihat tiba di tempat berlabuh seperti Madame Gu, milik "industrialis favorit Putin" Oleg Deripaska. Kapal itu bernilai £121 juta (Rp2,2 triliun) dan telah ditambahkan ke dalam rekor oligarki yang didukung Inggris.

£1 (Poundstering) = Rp18.867,63

Tag: miliarder, Rusia, Oligarki

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Reuters/David W Cerny