Sabtu, 23 November 2024 Portal Berita Entrepreneur

Oligarki Rusia Boyong Harta Cari 'Rumah Baru', Turki Siap Sambut dengan Tangan Terbuka

Foto Berita Oligarki Rusia Boyong Harta Cari 'Rumah Baru', Turki Siap Sambut dengan Tangan Terbuka
WE Entrepreneur, Jakarta -

Oligarki Rusia mencari 'rumah baru' untuk menyimpan kekayaan mereka. Dan tampaknya, Turki terbuka untuk itu. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan belum lama ini bahwa dia akan menyambut oligarki Rusia yang terkena sanksi ke negara itu sebagai turis dan investor, selama urusan bisnis mereka mematuhi hukum internasional.

Sebelumnya, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan kelompok modal tertentu dapat "memarkir fasilitas mereka bersama kami." Dalam berbagai laporan, Turki baru-baru ini kedatangan beberapa aset mewah milik Rusia, termasuk dua aset mewah yacht dan jet pribadi milik miliarder Roman Abramovich.

Baca Juga: Misuh-Misuh Oligarki Rusia Hartanya Disita: Bisnis Kami Hancur Total, Tak Mampu Bayar Tagihan

Mengutip CNBC International di Jakarta, Rabu (30/3/22) komentar tersebut telah memicu spekulasi bahwa Turki, negara non-Uni Eropa tetapi anggota NATO, mungkin secara aktif mendorong investasi dari miliarder yang masuk daftar hitam karena berusaha menopang ekonominya yang diperangi. Orang kaya Rusia pun secara aktif mencari investasi di sana, menurut laporan Reuters.

Tetapi setiap keuntungan prospektif dapat menjadi pandangan pendek bagi Turki.

“Menarik uang Rusia dapat merugikan Turki dalam jangka panjang,” ujar Defne Arslan, direktur senior di Dewan Atlantik di Turki dan mantan ekonom untuk Kedutaan Besar AS di Ankara.

Turki berusaha untuk mengambil garis tipis dalam perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Meskipun sangat mengkritik invasi Moskow yang tidak beralasan, mereka telah berhenti menerapkan sanksi seperti yang dijatuhkan oleh AS, UE, Inggris, dan lainnya. Mereka mengatakan bahwa mereka pada prinsipnya menentang hal tersebut.

Sebaliknya, Turki telah mengadopsi peran mediator netral, memfasilitasi pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina. Negosiasi di Istanbul pada hari Selasa tampaknya meningkatkan harapan akan terobosan setelah Moskow setuju untuk menghentikan serangan militernya di Kyiv dan Chernihiv, sementara negosiator Ukraina mengusulkan untuk mengadopsi status netral dengan imbalan jaminan keamanan.

Sikap netralitas nominal Turki sebagian besar dipahami mengingat hubungan ekonomi dan diplomatiknya yang erat dengan Rusia, khususnya mengenai energi, pertahanan, perdagangan, dan pariwisata. Dengan demikian, sekutu Barat tidak menekan Turki untuk bergabung dengan sanksi, mereka juga tidak akan menghukumnya karena tidak melakukannya.

Itu pun menjadikannya pos terdepan yang sah untuk aset milik Rusia yang terkena sanksi. Terlebih, masuknya investasi asing dan aset mewah dapat memberikan keuntungan bagi ekonomi Turki yang terkepung, yang sempat tergelincir ke mode krisis September lalu karena penurunan suku bunga yang tidak lazim mendorong inflasi yang sudah melonjak lebih tinggi.

Namun, toleransi Barat kemungkinan akan berkurang jika Turki mulai secara aktif meminta kekayaan yang dikenai sanksi

Tag: Oligarki, Rusia, Turki

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Media Indonesia