Oligarki Rusia, Roman Abramovich dilaporkan menggunakan perusahaan luar negeri untuk diam-diam menginvestasikan setidaknya USD1,3 miliar (Rp18,6 triliun) dengan perusahaan AS dari 2001 hingga 2016, menurut dokumen perbankan yang baru terungkap.
Abramovich, miliarder Rusia yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin telah menarik perhatian setelah invasi ke Ukraina. Konon, ia menyalurkan uang melalui perusahaan-perusahaan lepas pantai yang suram di Kepulauan Virgin Inggris dan Siprus yang dirancang untuk perusahaan investasi dan dana lindung nilai yang berbasis di AS.
Baca Juga: Kehidupan Anak Roman Abramovich Mewah dan Glamor, Pesta Kapal Pesiar hingga Sekolah Naik Helikopter
Melansir New York Post di Jakarta, Jumat (18/6/22) pejabat di State Street akhirnya memutuskan bahwa Abramovich bertanggung jawab atas investasi tersebut dan mengajukan beberapa laporan aktivitas mencurigakan ke Departemen Keuangan AS, menurut laporan BuzzFeed News mengutip pengajuan rahasia yang diperoleh dari Jaringan Penegakan Kejahatan Keuangan Departemen Keuangan.
Penyelidik State Street konon menandai transaksi Abramovich ke FBI. Mereka khawatir bahwa perusahaan yang terkait dengan investasi USD1,3 miliar itu mengubah struktur tata kelola mereka. Ini menjadi sebuah langkah yang diperingatkan oleh pejabat bank lantaran menjadi metode untuk menyembunyikan kepemilikan dan menutupinya.
Para pejabat juga melihat dokumen yang menunjukkan Abramovich memperoleh kekuasaan di Rusia dengan melakukan pembayaran tunai yang substansial untuk mengamankan perlindungan dan pengaruh politik. Bank-bank AS diwajibkan untuk melaporkan aktivitas investasi yang mencurigakan ke Departemen Keuangan.
Menurut penyelidikan BuzzFeed, State Street tidak pernah menangani uang Abramovich, tetapi salah satu divisi bank memiliki kontrak yang bekerja atas nama dana lindung nilai termasuk kinerja cek anti pencucian uang.
Selama penyelidikan, penyelidik bank menemukan jaringan perusahaan lepas pantai Abramovich dan mulai menyelidiki aktivitas mereka.
State Street mengungkap satu transaksi perusahaan yang dimiliki oleh Abramovich, Netherfield, terlibat dalam kesepakatan lepas pantai untuk mengumpulkan USD50 juta (Rp716 miliar) untuk sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh kroni Putin, Igor Shuvalov.
Netherfield ditutup setelah kesepakatan go public dan investasinya dialihkan ke perusahaan lain yang berbasis di British Virgin Islands.
State Street juga menetapkan bahwa sebuah perusahaan bernama Concord Management tampaknya menangani investasi yang terkait dengan Abramovich, tetapi para penyelidik tidak dapat mengungkap banyak informasi tentang itu.
Untuk diketahui, Abramovich belum mendapat sanksi di AS, padahal sudah banyak negara Barat menargetkan miliarder itu sejak Putin memerintahkan invasi ke Ukraina.
Inggris menjatuhkan sanksi pada Abramovich minggu lalu, membekukan asetnya dan melarangnya melakukan bisnis di dalam negeri. Penalti tersebut juga menghentikan upaya tergesa-gesa Abramovich untuk menjual klub sepak bola Liga Premier Chelsea. Aset lainnya, seperti superyacht megah milik Abramovich dan properti real estate juga menghadapi potensi penyitaan.
Abramovich bisa segera menghadapi hukuman serupa di AS. Sekelompok tiga anggota parlemen Demokrat meminta Presiden Biden pekan lalu untuk menargetkan Abramovich dengan sanksi.