CEO Sea Ltd, Forrest Li yang merupakan induk dari raksasa e-commerce Shopee memberikan kabar buruk kepada karyawannya. Dalam memo 900 kata, miliarder itu menggunakan nada penyesalan, membahas penurunan nilai perusahaannya senilai USD150 miliar (Rp2.147 triliun) sejak akhir 2021.
"Penurunan ini menyakitkan, dan Anda mungkin merasa frustrasi, berkecil hati, atau khawatir tentang masa depan Sea," tulis pria berusia 44 tahun itu dalam emailnya yang dilihat oleh Bloomberg News, dikutip Rabu (16/3/22).
Namun, Li meminta karyawannya agar tidak takut karena mereka memiliki daya internal yang kuat.
Baca Juga: Dukung Perkembangan Industri Fashion Indonesia, Shopee Gelar Kampanye 3.3 Fashion Sale
"Jangan takut: kita berada dalam posisi yang kuat secara internal, dan kita jelas pada langkah selanjutnya. Ini adalah rasa sakit jangka pendek yang harus kita tanggung untuk benar-benar memaksimalkan potensi jangka panjang kita," lanjut Li lagi.
Setelah sebelumnya investor global puas dengan kinerja perusahaan, sejak 2017 hingga 2021, harga saham Sea di bursa Amerika Serikat naik 2.300%. Namun, semua berubah sejak November tatkala mereka melaporkan kuartalan yang mengecewakan memicu aksi profit-taking. Aksi jual itu itu makin dipercepat pada bulan Januari, yakni saat perusahaan mengumumkan akan menjual sebagian sahamnya.
Terlebih, keadaan pun diperburuk lantaran larangan tiba-tiba datang di India atas game seluler Free Fire yang populer. Perusahaan menunjukkan tanda-tanda untuk memenuhi tuntutan dari pemegang saham dan karyawan untuk lebih terbuka.
Semua mengatakan, Sea kehilangan tiga perempat nilainya dalam 5 bulan. Manajer dana dalam beberapa bulan terakhir mulai mendesak Sea untuk lebih transparan tentang strategi dan jumlahnya.
Selama panggilan pendapatan minggu lalu, Li membuat pernyataan yang sangat panjang dan terperinci. Sea memberikan data baru dan lebih spesifik termasuk panduan tahunan pertamanya untuk unit layanan keuangan SeaMoney dan unit ekonomi untuk unit belanja online Shopee di Brasil, serta untuk Asia Tenggara dan Taiwan.
"Jika bukan karena penurunan harga saham, Sea mungkin tidak akan mengungkapkan begitu banyak metrik," kata Kelvin Seetoh, pemegang saham dan salah satu pendiri grup investor 10X Capital yang berbasis di Singapura. "Mereka bisa melakukan ini untuk memungkinkan investor memahami bisnis mereka dengan lebih baik, dan itu belum terlambat."
Lebih lanjut, karyawan juga meminta lebih banyak informasi. Pada awal Maret, perusahaan konsultan start-up yang berbasis di Singapura, Momentum Academy menyelenggarakan webinar berjudul Off the Record - Behind the Doors Shopee untuk membahas cara kerja di unit Sea. Di antara lebih dari 400 orang yang hadir adalah karyawan Shopee, mereka sangat ingin mendengar dari para peneliti yang tidak memiliki hubungan dengan perusahaan.