Sabtu, 23 November 2024 Portal Berita Entrepreneur

Charlie Munger Geram: Ketegangan Antara Amerika dan China Sangat Bodoh

Foto Berita Charlie Munger Geram: Ketegangan Antara Amerika dan China Sangat Bodoh
WE Entrepreneur, Jakarta -

Miliarder yang juga partner Warren Buffett, Charlie Munger menilai ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China sangat bodoh. Selain itu, ia juga mengatakan cryptocurrency seharusnya dilarang.

Untuk diketahui, kakek 98 tahun ini merupakan wakil ketua konglomerat Buffett Berkshire Hathaway Inc sejak 1978. Munger telah lama tertarik dengan China. Ia bahkan mempelopori investasi Berkshire di pembuat mobil listrik BYD Co dan baru-baru ini menggandakan saham di perusahaan e-commerce Alibaba Group Holding Ltd.

Mengutip Yahoo Finance di Jakarta, Jumat (18/2/22) Munger menjawab hampir dua jam pertanyaan pada pertemuan tahunan Daily Journal Corp, penerbit surat kabar Los Angeles dan penyedia perangkat lunak untuk gedung pengadilan yang dia pimpin. Ia juga kerap menjawab pertanyaan tentang tekanan politik dari China.

Baca Juga: Ketimpangan Kekayaan Bikin Banyak Pihak Geram, Eh Kata Charlie Munger: Mereka Iri

Menurutnya, kemunduran baru-baru ini dalam hubungan AS-China tidak dibenarkan oleh sistem pemerintahan mereka yang berbeda, atau karena satu negara melakukan beberapa hal lebih baik daripada yang lain.

"Kami berharap China dan Amerika Serikat bisa lebih baik lagi," katanya. "Pikirkan betapa bodohnya China dan Amerika Serikat membiarkan ketegangan meningkat.... Mereka seharusnya menyukai kita dan kita seharusnya menyukai mereka."

Pada kesempatan yang sama, Munger juga mengatakan seharusnya cryptocurrency dilarang sejak awal. Ia bahkan menyebut itu sebagai 'penyakit kelamin'.

"Saya bangga dengan fakta bahwa saya menghindarinya. Ini seperti penyakit kelamin," kata Munger.

"Saya hanya menganggapnya sebagai penghinaan. Beberapa orang berpikir itu modernitas, dan mereka menyambut mata uang yang sangat berguna dalam pemerasan dan penghindaran pajak penculikan."

Tag: Charlie Munger, Amerika Serikat (AS), China (Tiongkok)

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: REUTERS/Lane Hickenbottom