Perusahaan Huabao International Holdings Ltd. mencatat rekor penurunan taja, 67% di perdagangan Hong Kong setelah perusahaan penyedap dan wewangian itu mengungkapkan bahwa Ketua Perusahaan Chu Lam Yiu sedang diselidiki atas dugaan pelanggaran disiplin.
Pernyataan itu mengatakan komite pengawas untuk Leiyang, sebuah kota di provinsi Hunan China sedang menyelidiki sang CEO Huabao Chu Lam Yiu yang mengendalikan 71% perusahaan.
Melansir Bloomberg di Jakarta, Selasa (25/1/22) sayangnya, pengumuman tersebut tidak memberikan rincian tentang pelanggaran. Mereka turut menambahkan bahwa operasi bisnis tetap berjalan normal. Seorang perwakilan perusahaan mengatakan Huabao akan memberi tahu publik jika ada kemajuan dalam penyelidikan.
Baca Juga: Politik AS Karut-Marut, Miliarder Legendaris Ini Bandingkan dengan China
Bagi investor, musim gugur adalah pengingat lain dari "risiko orang penting" di China. Dalam lima tahun terakhir, setidaknya lima eksekutif China hilang, tidak dapat dihubungi atau ditahan, membuat saham perusahaan jatuh.
Chu yang lahir di provinsi Sichuan Tiongkok dan memegang kewarganegaraan Hong Kong adalah anggota Komite Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok Kelima di Shenzhen, sebuah badan penasihat pemerintah, menurut biografinya di situs web perusahaan.
Dia mendirikan pendahulu Huabao pada tahun 1996 dan membawa perusahaan tersebut ke publik pada tahun 2006 melalui merger terbalik di Hong Kong. Pada tahun 2018, ia memisahkan unit yang mulai diperdagangkan di bursa saham Shenzhen. Dia merupakan miliarder dunia.
Pada bulan November, dia memiliki kekayaan sekitar USD8 miliar (Rp114 triliun), tetapi turun menjadi USD2,6 miliar (Rp37 triliun) akibat pengumuman tersebut, menurut Bloomberg Billionaires Index. Itu berarti, Chu telah kehilangan USD5,4 miliar (Rp77 triliun).