Konglomerat dan miliarder farmasi asal China, Guo Guangchang turut mencetak kemenangan besar berkat kemitraan dengan BioNTech dan Pfizer dengan menjadi salah satu vaksin paling sukses di dunia dalam melawan virus corona yang awalnya menyebar di Wuhan.
Namun hampir setahun kemudian, suntikan dengan vaksin Pfizer-BioNTech masih belum disetujui di China daratan Dalam beberapa pekan terakhir Beijing justru memberikan dukungannya pada vaksin mRNA buatan sendiri, yang memungkinkan Walvax Biotechnology Co. China untuk menguji suntikan eksperimentalnya sendiri sebagai booster.
Melansir Bloomberg di Jakarta, Senin (13/12/21) perkembangan tersebut menimbulkan pertanyaan baru apakah vaksin AS-Jerman, yang dilisensikan untuk wilayah China yang berpotensi menguntungkan oleh Shanghai Fosun Pharmaceutical Group Co. yang dimiliki Guo bakal digunakan suatu hari nanti?
Baca Juga: Miliarder Mark Cuban Makin Optimis dengan Perkembangan Cryptocurrency di Tahun 2022
Hal ini karena pemerintahan Presiden Xi Jinping telah mendukung agenda nasionalis pada semua lini, termasuk dalam memerangi virus.
Padahal, Shanghai Fosun Pharmaceutical Group Co telah memiliki perjanjian dengan BioNTech untuk menjualnya di China, Hong Kong, Makau dan Taiwan. Pada Agustus lalu, sahamnya jatuh sekitar 23 persen di bawah rekor tertinggi sepanjang masa.
Meski demikian, sejatinya China tidak terlalu membutuhkan suntikan baru karena sejauh ini telah memadamkan semua wabah. Tetapi ia masih akan melakukan booster dengan menggunakan vaksin buatan sendiri.