Pengusaha kaya raya Indonesia, Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat membagikan pengalamannya dalam mendidik anak-anaknya untuk meneruskan perusahaan yang telah ia dirikan.
TP Rachmat mengatakan bahwa dalam hidup kita semua harus punya misi. Rachmat sendiri mengatakan kepada anak-anaknya bahwa kelak misinya adalah mempertahankan perusahaan, dan hanya boleh mengambil sedikit dari asetnya, secukupnya untuk keluarga.
Dalam video YouTube bertajuk "FAMILY WISDOM – PASSING ON VALUE & WEALTH TO THE NEXT GENERATION", Rachmat melanjutkan bahwa ia berpesan kepada anak-anaknya untuk transparan dan membayar pajak dengan benar serta tak lupa berbisnis dengan jujur.
Baca Juga: Konglomerat TP Rachmat Titip Pesan ke Milenial: Sabar, Jangan Buru-buru Pindah Pekerjaan
Agar bisnis bisa berjalan sustainable (berkelanjutan), Rachmat percaya bahwa hal terpenting pertama yakni harus ada pemisah antara pemilik dan pengelola.
Jika pemilik yang memimpin, akan ada keributan untuk memasangkan anaknya menjadi petinggi-petinggi penting perusahaan. Padahal, perusahaan harus berjalan secara profesional.
Kemudian yang kedua adalah tidak memanjakan anak-anaknya. Sejak kecil, anak-anak Rachmat bahkan diajarkan untuk naik angkot. Lalu yang ketiga, Rachmat sudah memberikan warisan sejak ia masih hidup. Karena, jika anak-anaknya ingin protes, ayahnya masih ada. Rachmat mengkhawatirkan jika ada perebutan harta atau perusahaan.
Dalam acara tersebut, turut hadir pula anak dari TP Rachmat yakni Arif Patrick Rachmat. Arif mengatakan bahwa saat ia duduk di bangku SMP, sang ayah pernah memberikan nasihat yang mengubah hidupnya.
Nasihat itu adalah ketika ayahnya meminta Arif untuk berhasil agar dapat memberikan pekerjaan kepada banyak orang yang tidak seberuntung ia. Saat itu, Arif tergolong anak yang cukup nakal dan mendapat nilai di bawah rata-rata. Barulah ia berubah ketika menerima nasihat sang ayah.
Selain itu, ayahnya juga turut mendorong anak-anaknya untuk membaca buku dan majalah yang bermanfaat. Kemudian, saat Arif pertama kali bekerja di perusahaan multinasional di Amerika, ayahnya mendukung agar Arif mencari ilmunya, bukan uang. Ayahnya mengajarkan untuk Arif 'do the right things' dalam strategi dan 'do things right' dalam hal operasional.