Pakar marketing Indonesia, Hermawan Kartajaya mengungkap pada zaman reformasi tidak ada marketing karena semua diatur oleh Presiden Soeharto. Usai reformasi, barulah semua sistem terbuka sampai saat ini.
Sekarang terbukti bagi Gen Z, untuk memulai personal branding sangat mudah di sosial media. Asalkan, mereka memiliki kreativitas dan keberanian.
Hermawan melanjutkan, bahwa marketing itu pada dasarnya ada tiga yaitu customer, product dan brand. Perusahaan harus paham keinginan customer ketika berusaha bertahan di tengah krisis. Bisa dengan memainkan harga, memberi harga diskon, atau membiarkan customer membayar nanti (paylater).
Baca Juga: Hermawan Kartajaya Tak Percaya Teknologi Akan Kalahkan Manusia: Teknologi Harus Dipakai untuk...
Dalam video YouTube "Back to Basic: Marketing 101 from The Master | Hermawan Kartajaya & Desy Bachir Part 1 | #LSF3", Hermawan menegaskan untuk jangan pernah berhenti promosi. Tawarkan pelayanan-pelayanan terbaik sehingga membuat customer nyaman. Pasalnya, di tengah krisis sekalipun pasti ada kesempatan.
"Inti dari marketing adalah PDB yaitu positioning, differentiation dan branding," ujar Hermawan.
Lebih lanjut, Hermawan meyakini bahwa masa-masa usai Covid tidak akan full offline, tetapi akan menjadi online dan offline.
"Tapi harus bisa membedakan apa yang bisa diselesaikan lewat chat dan ketemu. Ketemu juga harus ada mutunya, kalau gak ada lebih baik online aja," tandas Hermawan.
Hermawan kembali menegaskan meski Artificial Intellegent (AI) sangat hebat, tetap tidak bisa menggantikan manusia sebagai Nature Intellegent (NI) sehingga ia pun yakin mesin tidak akan menggantikan manusia.
"Robot tidak akan bisa mencintai kita. Jadi, kalau robot menggantikan manusia, ini bahaya sekali," tutup Hermawan.