Jum'at, 26 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Cerita William Tanuwijaya Dulu Susah Rekrut Karyawan, Kini Tokopedia Punya Lebih dari 5.000 Karyawan

Foto Berita Cerita William Tanuwijaya Dulu Susah Rekrut Karyawan, Kini Tokopedia Punya Lebih dari 5.000 Karyawan
WE Entrepreneur, Jakarta -

Pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya sangat memahami bahwa bisnis teknologi harus mengutamakan talent atau Sumber Daya Manusia (SDM). Saat itu, William dan tim fokus merekrut orang-orang 'Kelas A' karena mengutip dari pidato Steve Jobs untuk menjadikan perusahaan kelas dunia.

Meski bisnis teknologi belum booming seperti sekarang, namun William tetap semangat mencari karyawan terbaik. Saat itu, Tokopedia hanya sebuah website, belum ada aplikasi di App Store atau Google Store.

Baca Juga: William Tanuwijaya Tinggal di Kontrakan Meski Tokopedia Sudah Unicorn: Kalau Hujan Bocor

Hingga suatu hari, dalam kanal YouTube Startup Studio Indonesia di video bertajuk "Vodcast SSI Ep 1 - William Tanuwijaya: Membangun Tim dan Culture Tokopedia dari Ruko Menjadi Unicorn", William membuka booth di acara Job Fair kampusnya.

Dalam dua hari, tidak ada yang mendaftar. Di depan booth-nya, ada perusahaan bank terbesar di Indonesia yang dibanjiri oleh pelamar. William pun mengaku kesulitan. Bahkan, orang-orang yang biasa saja tidak tertarik untuk bergabung di Tokopedia, bagaimana mencari karyawan 'Kelas A'?

Akhirnya, William mencari strategi lain. Mulai dari membuka lowongan di Jobstreet, Job.id, dan lain sebagainya. Hingga ada satu calon karyawan yang datang interview, calon karyawan itu merasa kecewa karena saat itu William hanya menyewa ruko kecil tanpa ada papan nama perusahaan. Calon karyawan itu pun mundur karena mempertanyakan masa depan perusahaan.

Bahkan, setelah Tokopedia berdiri lebih dari 3 tahun, seorang karyawan IT di Tokopedia memilih resign saat hendak menikah karena dianggap menjaga 'toko' di sebuah mall oleh calon mertuanya. William mengaku pengalaman-pengalaman itu sangat menantang untuknya.

Namun, akhirnya William berhasil mendapatkan talen-talen hebat hingga mereka menjadi Co-Founder Tokopedia. William berujar ia terinspirasi dari komik Jepang 'One Piece', di mana karakter utamanya ingin menjadi pelaut meski tak bisa berenang. Di perjalanan menuju pulau harta karun bernama One Piece, karakter itu pun bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengannya. Itulah yang akhirnya William emban.

Demi mencapai tujuan itu pun, William berujar bahwa ia dan timnya harus memiliki 'kompas' yang sama. Itulah yang akhirnya menjadi nilai-nilai budaya Tokopedia. William tidak ingin membangun perusahaan yang akan menjadi kerajaan. Ia justru ingin membangun perusahaan seperti universitas yang tidak terikat dengan pendiri perusahaan tersebut.

Ini dipelajari oleh William melalui banyaknya perusahaan kelas dunia di Barat. Mereka tidak membuat perusahaan turun-temurun, tetapi membuat perusahaan memiliki dampak yang luas kepada masyarakat.

"Ini juga menjadi sebuah inspirasi bagi Tokopedia untuk membangun seperti institusi, bukan seperti kerajaan," ujar William.

William ingin membuat para karyawan Tokopedia memiliki sense of belonging, yakni perusahaan milik sendiri. Saat onboarding, pada dua minggu pertama karyawan Tokopedia tidak akan langsung diberikan tugas-tugas perusahaan. Melainkan menanamkan nilai dan budaya perusahaan agar melekat selama menjadi karyawan.

William berujar, ia mendirikan Tokopedia atas dasar ketimpangan yang nyata di Indonesia. Di mana kota-kota kecil tidak memiliki kesempatan seperti di kota-kota besar. William ingin seluruh rakyat Indonesia, di manapun berada memiliki kesempatan yang sama.

Nilai-nilai budaya yang dibangun Tokopedia salah satunya nilai melayani yakni consumer focus. Para pemimpin di Tokopedia diharapkan memiliki nilai melayani yan berfokus pada empat pilar yaitu para mitra atau penjual, para pengunjung, para pendukung Tokopedia seperti pemerintah, perbankan, dan terakhir yakni karyawan Tokopedia sendiri yang disebut oleh William sebagai 'Nakama' dari Bahasa Jepang.

Nilai selanjutnya di Tokopedia adalah growth mindset yakni keinginan untuk terus belajar.

"Semua orang di Tokopedia harus memiliki ketulusan seperti seorang guru, tetapi di sisi lain harus memiliki keinginan belajar dan kerendah hatian seperti seorang murid," ujar William.

Bagi William, ini semua penting ditanamkan karena banyak sekali startup yang tumbuh dengan cepat tetapi juga tumbang dengan cepat karena tidak lagi relevan terhadap perubahan pasar.

Terkahir, yakni "Make It Happen, Make It Better" yang berfokus pada inovasi. William terinspirasi dari Tencent yang sukses besar berkat WeChat. Jika tidak berinovasi, maka perusahaan bisa saja mati seperti Nokia dan BlackBerry yang pernah tenar pada masanya.

Tokopedia diawali hanya dengan dua karyawan saat pertama kali launching pada 17 Agustus 2009. Kemudian di tahun berikutnya bertambah menjadi empat orang, yakni engineer dan customer care. Kemudian di tahun berikutnya menjadi 8 orang, dan terus bermutasi dua kali lipat hingga hari ini mencapai 5.000 orang karyawan. Saat pertama kali mendapatkan pendanaan di tahun 2014, jumlah karyawan Tokopedia hanya 80 orang.

Lebih lanjut, William mengatakan founder startup yang sukses pasti memiliki 'Factor Why' yang kuat terhadap produk yang dihasilkan. Mereka yakin akan produk yang mereka buat pasti bisa menyelesaikan masalah. Karena itu, mereka tidak akan mengabaikan komplain sekecil apapun.

Dalam memilih karyawan, William tidak pernah melihat CV mereka. Karena yang terpenting adalah mindset serta skill yang dimiliki. William akan lebih mendengarkan cerita kandidat dalam merekrut dibandingkan melihat latar belakang. Ini karena ia bukanlah seseorang dengan latar belakang pendidikan ternama. Ia bahkan tak bisa berbahasa Inggris saat baru mendirikan Tokopedia. William sadar akan hal itu, karena itulah ia tak merekrut kandidat dengan melihat latar belakang mereka.

William akan selalu menanyakan satu pertanyaan ini kepada kandidatnya: "Jika kamu hanya boleh mendeskripsikan dirimu hanya dengan satu kata, kata apa itu?"

Kata-kata itulah yang akhirnya mengumpulkan karyawan dengan beragam karakter tetapi memiliki nilai yang sama. William belajar saat baru mendirikan Tokopedia, ia hanya merekrut orang-orang yang memiliki karakter yang sama. Setelah mendapatkan pendanaan dari Seqioa Capital, barulah ia diarahkan untuk menjadikan Tokopedia seperti pintu terbuka yang merekrut siapa saja, dari beragam latar pendidikan dan karakter berbeda.

Tag: William Tanuwijaya, Tokopedia

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Instagram/William Tanuwijaya