Sabtu, 27 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

William Tanuwijaya Tinggal di Kontrakan Meski Tokopedia Sudah Unicorn: Kalau Hujan Bocor

Foto Berita William Tanuwijaya Tinggal di Kontrakan Meski Tokopedia Sudah Unicorn: Kalau Hujan Bocor
WE Entrepreneur, Jakarta -

CEO dan pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya mengungkap tujuan merger dengan Gojek adalah karena memiliki semangat nasionalisme. Meski Gojek dan Tokopedia perusahaan yang memiliki layanan berbeda, tetapi keduanya memiliki visi yang sama. Nama GoTo pun akhirnya tercipta yang tak hanya menjadi singkatan kedua perusahaan, tetapi juga menjadi semangat 'Gotong Royong'.

William saat mendirikan Tokopedia hanya dengan semangat 'Bambu Runcing'. Ini karena Tokopedia lahir dengan banyaknya keterbatasan.

William bukan lulusan luar negeri, ia bahkan pernah menjadi penjaga warnet. Saat mencari customer pertama hingga karyawan pertama, William mengaku sangat kesulitan. Ia juga harus mencari investor kemana-mana sendirian.

Baca Juga: Miliarder Wisata ke Luar Angkasa, Sekjen PBB Miris: Pandemi, Krisis, Jutaan Orang Kelaparan di Bumi

Semangat bambu runcing yang dipegang oleh Willliam ternyata melambangkan tiga hal yaitu kegigihan, keberanian dan harapan.

Seperti para pejuang kemerdekaan RI yang berani dan gigih serta percaya pada diri sendiri. Saat ini, Tokopedia memiliki 12 juta UMKM yang tergabung dan memiliki lebih dari 100 juta pelanggan. Padahal dulu, William diremehkan.

"Saya sendiri menganggap saya lulusan warnet karena saya tidak berkuliah di luar negeri dan pengalaman bekerja pertama saya itu di warnet saat jam malam sampai pagi," ujar William.

Saat bekerja menjadi penjaga warnet, William harus dihadapi ayahnya yang sakit keras.

"Kalau saya kilas balik sebenarnya saya tidak akan menjadi diri saya sekarang kalau saya tidak memiliki pengalaman hidup itu. Justru dengan ayah sakit saya didorong, seperti budaya Indonesia 'The Power of Kepepet'," tukas William lagi.

William bahkan saat itu lebih sering belajar di warnet daripada di kampus. Ia mempelajari teknologi berbasis internet secara otodidak. William pun menyadari bahwa binis pada dasarnya akan mengikuti gaya hidup manusia. Seperti saat ini pandemi membuat internet menjadi kebutuhan manusia.

William mempelajari itu dari negara China. Ia melihat bahwa pandemi Covid-19 yang merebak bukanlah kali pertama bagi China.

Pada tahun 2003, Negeri Tirai Bambu itu pernah dilanda SARS sehingga membuat perekonomian kacau balau. Mereka pun berkaca dan mempersiapkan semuanya sebaik mungkin. Hingga saat Covid-19 menjadi pandemi, China menjadi negara digital ekonomi terbesar di dunia.

William berharap Indonesia bisa menyusul menjadi pemain ekonomi dunia, bukan hanya menjadi pasar. Pasalnya, Indonesia memiliki 267 juta jiwa yang apabila seluruh rakyat memaksimalkan kemampuannya, maka bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara maju ketika rakyatnya produktif.

William juga berharap kehadiran Tokopedia bisa memotivasi generas-generasi selanjutnya untuk menjadi lebih baik serta menjadi pembuka pintu kesuksesan bagi mereka. Karena itulah, Gojek dan Tokopedia lahir untuk memecahkan masalah yang ada di sekeliling kita.

Meski demikian, William mengakui kehadiran mereka juga memungkinkan timbulnya masalah baru, seperti ojek yang menambah polusi atau pengiriman Tokopedia yang menambah sampah-sampah paket.

Karena itu, William peduli akan hal tersebut dan tengah berupaya memikirkan solusi dari permasalahan itu. William berharap semoga suatu hari tak hanya Indonesia yang belajar ke luar negeri, tetapi orang luar juga bisa belajar dari Indonesia.

Di tengah kesuksesan Tokopedia, William berujar ia sering ditawari untuk menjual Tokopedia. Namun, semua itu ditolak olehnya karena bukan 'uang' yang ia cari. Keputusan itu pun dirasa tepat dilakukan karena Tokopedia justru semakin bertumbuh setiap harinya, dan kekayaannya di atas kertas juga terus meroket.

"Uang di tangan orang yang tepat bisa menjadi kekuatan yang positif," ujar William.

William mengakui, kesuksesan Gojek dan Tokopedia tak akan bisa sesukses ini tanpa kekuatan modal. Oleh sebab itu, ia bersedia mendanai anak muda yang berani bermimpi besar dan menciptakan sesuatu yang lebih awal daripada masanya.

Namun, yang lebih mencengangkan adalah William pernah tinggal di rumah kontrakan seharga Rp20 juta per tahun dengan ibunya meski saat itu Tokopedia sudah menjadi Unicorn. Rumah itu bahkan bocor saat hujan. 

Tak sampai disitu, saham yang ia miliki pun hanya pernah dijual olehnya saat ia hendak menikah. Itu karena William tak memiliki banyak uang dan gajinya sebagai CEO pun hanya ia ambil secukupnya. Barulah setelah menikah, ia termotivasi untuk memberikan kehidupan yang lebih baik untuk istrinya.

Hari ini, pendapatan Gojek dan Tokopedia setara dengan 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang sejumlah USD1 triliun. William memiliki mimpi GoTo bisa menjadi perusahaan kelas dunia. Karena itulah ia mempersiapkan dual listing GoTo di Amerika Serikat (AS) dan Indonesia.

Namun, William tidak ingin lebih besar pasak daripada tiang, ia tetap melihat segalanya secara realistis dan terbuka bahwa ada pemain-pemain global seperti Alibaba dan Amazon yang seperti Hiu dan Buaya. William ingin menjadikan GoTo seperti Komodo yang sudah pasti menang melawan Hiu dan Buaya di daratan.

Terakhir, bagi anak muda yang ingin sukses mendirikan startup atau berbisnis, pastikan apa yang diciptakan bisa menyelesaikan masalah. Setelah itu buatlah tujuan hidup yang bermakna, baru bekerja keras dan bekerja cerdas. Karena cerdas saja tak cukup untuk mengantar pada kesuksesan, butuh etos kerja yang luar biasa hebat.

Tag: William Tanuwijaya, Tokopedia, Grup GoTo

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Instagram/William Tanuwijaya