Jum'at, 26 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Armand Hartono Bongkar Strategi Utama yang Sukseskan BCA, Ternyata Oh Ternyata...

Foto Berita Armand Hartono Bongkar Strategi Utama yang Sukseskan BCA, Ternyata Oh Ternyata...
WE Entrepreneur, Jakarta -

Putra mahkota Djarum, Armand Hartono yang saat ini menjabat sebagai Direktur Bank Central Asia (BCA) adalah anak dari orang terkaya Indonesia, Budi Hartono. 

Dalam video YouTube "GDP ICON2018: Leadership Jaman Now by Armand Hartono", Armand berujar bahwa pemimpin sejak dahulu hakikatnya sama, yaitu di depan memberi contoh, di tengah-tengah memberi kekuatan, di belakang memberi dukungan.

Baca Juga: Armand Hartono: Manusia Harus Terus Beradaptasi, Jangan Takut dengan Teknologi, Karena...

Armand mengungkap meski hari ini BCA dikenal sebagai bank terkenal, namun BCA dimulai dengan penuh perjuangan. Titik balik kesuksesan BCA dimulai saat BCA membuat real-time payment. Nasabah pun berbondong-bondong mendaftar membuka akun rekening. Dalam lima tahun, bertambah lima juta akun.

Armand mengakui saat itu pihaknya tidak siap. Jika dahulu nasabah ke bank hanya 3x seminggu, kini bisa 5-10 kali. Armand bahkan tak terkejut saat BCA dijuluki Bank Capek Antre.

"Kita kaget, ketika kita membuat semuanya online, gratis, dengan adanya tahapan dan undian, semuanya sukses tetapi kita tidak siap sukses," ujar Armand.

Ini karena nasabah semakin banyak tetapi infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) tidak mendukung. Karena masalah-masalah ini, Armand menuturkan diperlukan pemimpin yang gigih.

Setelah itu, Armand memborong mesin ATM 1.000 unit untuk memotong dan memecah antrian di kantor cabang.

"'Wah BCA hebat berani banget', enggak kita kepepet," tukas Armand.

Meski awalnya mesin ATM hanya bisa untuk mengeluarkan uang, tetapi BCA melakukan upgrade sehingga mesin tersebut bisa melakukan transaksi lain. Setelah itu, Armand membuat kartu dan PIN karena 'kepepet.'

Armand pun mengakui menjadi pengusaha sangat memusingkan tetapi hadapi saja dengan kegigihan. Kesuksesan BCA hari ini pun bukan karena teknoloi, tetapi dimulai dari mindset pemimpin terlebih dahulu yang mengutamakan pelanggan.

Menurut Armand, teknologi cepat mengalami perubahan dalam 3-5 tahun ke depan. Inovasi pun semakin cepat sehingga mengubah model bisnis dan memaksa perusahaan untuk beradaptasi lebih cepat. Armand sadar betul bahwa kecepatan inovasi sangat eksponensial, berubah lebih cepat hingga berkali-kali lipat. Jika perusahaan A masih dengan cara tradisional dan linear, maka bersiaplah ditinggal pelanggan.

"Di dunia serba teknologi, semuanya akan bermutasi, bukan linear tetapi eksponensial. Awalnya akan terlihat lambat tetapi tumbuh sangat cepat," papar Armand.

Bahkan, satu ponsel zaman sekarang 1 triliun lebih hebat dari komputer tahun 1950-an. Jadi, di masa depan, satu ponsel zaman sekarang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan 'benda' di masa depan.

Semua benda akan menjadi Internet of Things (IoT) yakni terhubung dengan internet. Termasuk BCA saat ini yang memiliki internet banking, mobil banking, mesin-mesin setor tunai, dan lain sebagainya. Armand berujar BCA tidak akan kuat jika hanya mengandalkan kantor cabang. Hari ini, sebanyak 97% transaksi BCA berasal dari elektronik. 

Internet of Things (IoT) menjadi strategi utama BCA. Kemudian API BCA yaitu layanan dari BCA untuk memberikan kemudahan dalam menjalankan instruksi transaksi perbankan seperti: cek saldo, cek mutasi, transfer, dan lain-lain. Dan terakhir adalah analitik data. Meski terlihat hebat, tetapi Armand mengungkap bahwa inovasi sangat menantang karena banyak kegagalan yang menerpa.

Seperti blockchain, Armand berujar bahwa blockchain terlalu over hype. Namun, teknologi pasti berguna tinggal menunggu waktu mengetahui bagaimana cara kerjanya.

"Teknologi pasti berguna, tetapi Anda harus sabar," tukas Armand.

Terakhir, Armand mengajak orang-orang untuk berani mencoba.

"Bayangkan jika Anda berani mencoba, apa yang akan Anda lakukan?" tutup Armand.

Tag: Armand Hartono, PT Bank Central Asia Tbk (BCA)

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Sufri Yuliardi