Seorang profesor asal China yang telah lama mendirikan perusahaan Artificial Intellegence (AI) siap bergabung dengan jajaran miliarder dunia. Ini karena perusahaannya, SenseTime, mengajukan penawaran umum perdana di Hong Kong.
Profesor bernama Tang Xiaoou, Ph.d komputer dari Massachusetts Institute of Technology yang lulus pada tahun 1996 ini pun berhasil mengumpulkan kekayaan sebesar USD2,3 miliar (Rp32,7 triliun).
Pria berusia 53 tahun ini sekarang menjabat sebagai direktur eksekutif perusahaan. Ialah pemegang saham individu terbesar yang memiliki 21,7% dari perusahaan. Perusahaannya, SenseTime berhasil dinilai USD12 miliar (Rp170 triliun) dalam putaran pendanaan pra-IPO akhir tahun lalu.
Baca Juga: Bisnis Rumah Sakit Moncer di Tengah Covid, Pria India Debut Jadi Miliarder Baru Dunia!
Dilansir dari Forbes di Jakarta, Rabu (1/9/21) perusahaan yang bermarkas di Shanghai dan Hong Kong ini dilaporkan Reuters berharap mengumpulkan hingga USD2 miliar (Rp28,4 triliun). Perusahaan ini juga sempat dimasukkan ke dalam daftar hitam perdagangan AS pada tahun 2019.
Meski demikian, tahun lalu SenseTime menghasilkan pendapatan 3,5 miliar yuan (Rp7,5 triliun) dari penjualan AI, visi komputer, dan perangkat lunak pemrosesan data, menandai lompatan 14% dari tahun 2019. Namun, kerugian bersih perusahaan melebar menjadi 12,2 miliar yuan (Rp26,8 triliun), termasuk perubahan nilai wajar dari saham preferennya.
Tang merupakan pengajar kursus pemrosesan gambar dan analisis sinyal di Chinese University of Hong Kong. Ia mendirikan SenseTime pada tahun 2014 dengan dua gelar Ph.D.
Siswanya, Xu Li dan Xu Bing hari ini bertanggung jawab atas strategi penelitian perusahaan. Xu Li menjadi Chief Executive yang mengawasi operasi harian. Xu Bing menjadi Direktur Executive yang bertanggung jawab atas penggalangan dana dan investasi strategis. Kakak ipar Tang, Wang Xiaogang, juga duduk di dewan direksi mengawasi tim riset perusahaan.
SenseTime telah diuntungkan dari maraknya penggunaan AI di China. Tahun lalu, mereka menghasilkan 40% penjualannya dari sektor terkait pemerintah yang menggunakan perangkat lunak untuk tujuan memantau lalu lintas dan kondisi fasilitas umum. Di tengah pandemi Covid-19, SenseTime juga menciptakan alat yang dapat mendeteksi apakah orang tersebut memakai masker sesuai kebutuhan. Pada semester pertama tahun ini, persentasenya meningkat menjadi 48%.
Tetapi perusahaan memperingatkan bahwa mereka menghadapi ketidakpastian dari undang-undang privasi data baru dari pemerintah, yang akan berlaku mulai November.
“…Persyaratan peraturan tentang privasi data tersebut terus berkembang dan dapat tunduk pada berbagai interpretasi, atau perubahan signifikan, yang mengakibatkan ketidakpastian tentang ruang lingkup tanggung jawab kami dalam hal itu,” tulis perusahaan dalam prospektus.