Kamis, 25 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Tangan Dinginnya Sukses Bikin BCA Meraksasa, Ternyata Ini Strategi Kunci Mochtar Riady

Foto Berita Tangan Dinginnya Sukses Bikin BCA Meraksasa, Ternyata Ini Strategi Kunci Mochtar Riady
WE Entrepreneur, Jakarta -

Konglomerat Lippo Group, Mochtar Riady mengungkap perjalanan karir dan starteginya membangun deretan bank yang kini meraksasa. Meski hari ini Mochtar menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia, namun masa kecilnya sangat dramatis.

Dalam video YouTube bertajuk 'Mochtar Riady, Cerita Karir & Strateginya mendirikan 4 Perusahaan Nasional', Mochtar mengungkap saat usia 7 bulan, kakeknya meninggal dunia. Saat usia 7 tahun, neneknya meninggal dunia. Saat usia 9 tahun, ibunya meninggal dunia. Dan saat usia 11 tahun, tiga adiknya secara berurutan meninggal dunia.

Baca Juga: Pantes Hari Ini Jadi Konglomerat, Ternyata Begini Didikan Ayah Mochtar Riady!

Mochtar pun berujar betapa sengsaranya sang ayah yang harus membesarkannya. Meski ayahnya bukan orang kaya, namun ayahnya terus mendorong Mochtar untuk sekolah hingga akhirnya tamat S1. Pada saat itu, orang yang berkuliah sudah sangat hebat karena kebanyakan dari mereka hanya tamatan SMP.

Pada tahun 1950-an, saat selesai kuliah, Mochtar pun mulai memikirkan karir yang akan ia jalani. Ia pun berkeliling Jawa naik kereta api untuk melihat bisnis apa yang bagus untuk dijalani. Akhirnya, ia pun berpikir seluruh bisnis dan uang yang beredar pada akhirnya akan berkumpul di ibu kota, Jakarta. Karena itu ia pindah ke Jakarta.

Awalnya, sang ayah kurang setuju karena mereka hanya orang miskin yang tak memiliki uang. Namun, pelan-pelan Mochtar menjelaskan, sebuah pohon hanya akan menjadi bonsai jika tidak dibiarkan tumbuh di tempat besar. Karena itulah ia mendapatkan izin ke Jakarta.

Saat lulus kuliah, Mochtar merasakan masa-masa perperangan pasca kemerdekaan. Karena itu pertumbuhan perusahaan-perusahaan hanya flat sehingga memberikan kesempatan bagi siapapun yang ingin memulai usaha. Karena itu, Mochtar memulai bisnis perbankan dengan partner-partner hebat, seperti Andi Gappa yang dulu memiliki Bank Kemakmuran.

Mochtar pun sukses menjadikan bank itu melaju pesat. Ketika itu pada tahun 1966, dia berhasil menyelamatkan Bank Buana dari kesulitan. Saat itu Indonesia sedang mengalami masa krisis akibat perubahan ekonomi secara makro. 

Namun, suatu ketika, prinsip Mochtar tak sejalan lagi dengan Bank Kemakmuran, karena itu ia pindah ke Bank Buana dan membuat Bank Buana sehat dengan menekan suku bunga. Setelahnya, ia pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan gabungan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia.

ahun 1975, ia meninggalkan Bank Panin dan bergabung dengan BCA, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Di BCA, dia mendapatkan saham sebesar 17,5 persen dan menjadi seorang penentu kebijakan. Ketika Mochtar bergabung aset BCA hanya Rp12,8 miliar dan BCA masih menjadi bank kecil. Namun, Mochtar memilih BCA karena BCA memiliki kliring, yaitu logistik uang yang baik.

Pada tahun 1972, Bank Negara Indonesia (BNI) harus menghabiskan 40 hari untuk mengirim uang. Karena itu, Mochtar berfokus pada logistik uang agar mampu mengirim cepat. Saat itu, transaksi rokok dan cengkeh sangat tinggi sehingga kemampuan transaksi BCA yang cepat sangat memudahkan pengusaha rokok. Selain itu, tepung terigu Bogasari juga turut menjadi pemain besar sehingga membutuhkan transaksi besar dan cepat. Karena itu, nasabah BCA banyak dari para pedagang makanna yang membutuhkan tepung terigu.

Selain rokok cengkeh dan tepung terigu, sektor besar lainnya saat itu adalah bahan bangunan dari Indocement. Lalu tekstil, mesin-mesin motor, hingga sektor industri lainnya. Karena itulah, dalam waktu satu tahun, BCA berhasil membuka lebih dari 200 cabang. Dan pada tahun 1991, aset yang dimiliki BCA sudah mencapai 1 triliun US Dolar. Hingga kini, BCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia.

Selain BCA, bank besar lainnya seperti CIMB, UoB dan Panin Bank meraksasa berkat tangan dingin Mochtar Riady.

Tag: Mochtar Riady, PT Bank Central Asia Tbk (BCA)

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Sufri Yuliardi