Sabtu, 27 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Kisah Haru Pria yang Pernah Tinggal di Pengungsian, Kini Bangun Startup Bernilai Miliaran Dolar AS

Foto Berita Kisah Haru Pria yang Pernah Tinggal di Pengungsian, Kini Bangun Startup Bernilai Miliaran Dolar AS
WE Entrepreneur, Jakarta -

Lahir di Tashkent, Uzbekistan, Joe Spector dahulu tak pernah terbayang untuk bisa berbisnis seperti sekarang. Pasalnya, di negaranya dahulu, berbisnis justru dilarang dan ilegal. Namun akhirnya, pada tahun 2017, Spector mendirikan Hims, sebuah perusahaan obat resep telemedicine yang berfokus pada perawatan untuk disfungsi ereksi (DE) dan kebotakan pria.

Baur-baru ini, ia menerapkan model telehealth Hims ke layanan kedokteran hewan dan ikut mendirikan Dutch. Memiliki kesempatan dan kemampuan untuk menjadi wirausaha adalah sesuatu yang tidak pernah dianggap remeh oleh Spector.

Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Anthony von Mandl, Pengusaha Wine Terkemuka di Kanada

Dilansir dari Inc.com di Jakarta, Rabu (25/8/21) Spector mengatakan bahwa ia tumbuh dewasa di tengah pemerintah Uni Soviet yang melarang swasta untuk berwirausaha. Jika nekat, maka berpotensi dikirim ke kamp kerja paksa di Siberia.

Terlepas dari risikonya, kakeknya menjalankan praktik dokter gigi ilegal di rumah Spector dan Spector ingat bagaimana ibunya gugup mengawasi siapa pun yang mencurigakan datang ke rumah untuk melaporkannya. Sejak awal, sifat keluarganya menular padanya.

"Saya seseorang yang tidak pernah mengikuti aturan atau mendengarkan otoritas," katanya.

Karena kekhawatiran antisemitisme, Joe dan orang tuanya meninggalkan Uzbekistan pada tahun 1989 dan tinggal di sebuah kamp pengungsi di Italia sebelum mendapatkan status suaka politik untuk datang ke AS pada tahun 1990.

Setibanya di AS, mereka hidup dari sebuah koper dengan hanya USD100 untuk nama keluarga. Mereka pun menetap di Fremont, California. Kemudian, ayah Spector memberinya nasihat yang mengubah hidup: "Jika Anda benar-benar ingin sukses di negara ini, Anda harus menjadi pengusaha."

"Saya ingat kata-kata itu ketika saya berusia 10 tahun dan saya tidak pernah melupakan itu," katanya. "Saya harus berjuang sepanjang hidup saya, harus menjadi penyintas, keterampilan itu telah membantu saya." lanjutnya.

Joe Spector pun fokus belajar. Llau, ia melanjutkan pendidikan di Haas School of Business University of California Berkeley hingga mendapatkan gelar MBA dari Wharton pada tahun 2007.

Satu dekade kemudian, Spector mendirikan Hims dan meluncurkan Hers setahun kemudian ke dalam bisnis, yang berfokus pada kesehatan wanita, termasuk akses ke kontrol kelahiran dan resep kesehatan mental seperti anti-depresan.

Pada tahun 2020, perusahaan bergabung sebagai Hims & Hers dan go public melalui SPAC yang bernilai USD1,6 miliar (Rp23 triliun). Pelajaran terbesar Spector dari bisnisnya yang bernama Hims & Hers adalah pentingnya branding.

"Banyak wirausahawan pemula yang baru pertama kali fokus pada ROI jangka pendek sehingga mereka tidak berinvestasi dalam branding, yang merupakan investasi jangka panjang," kata Spector.

Branding Hims & Hers berfokus pada penghapusan stigma untuk subjek sensitif seperti ED dan kesehatan mental dengan pesan ramah dan kemasan halus yang tidak membuat pelanggan malu menunjukkan gangguannya.

Spector membawa pelajaran branding itu ke Dutch. Ia terinspirasi oleh adopsi anak anjing corgi selama pandemi dan mengantisipasi kecemasan perpisahan yang mungkin akan dirasakan anjingnya ketika Spector kembali ke kantor.

Dutch menghubungkan pemilik hewan peliharaan dengan dokter hewan untuk meresepkan obat dan perawatan untuk penyakit, mulai dari kecemasan hingga kutu dan alergi. Resep tersebut dikirim ke pintu mereka.

Dutch merupakan perusahaan yang sedang berkembang di industri perawatan hewan peliharaan. Untuk diketahui, perusahaan sejenis di industri perawatan hewan peliharaan ini pun sedang berkembang pesat. Seperti, perusahaan penitipan anak anjing Rover baru saja go public, perusahaan veteriner Modern Animal berhasil mengumpulkan USD75 juta, dan apotek hewan peliharaan online Mixlab mengumpulkan USD20 juta .

Bagi Spector, keputusan untuk memulai startup tidak pernah salah. Ia pun berpesan bahwa 'mendaki Gunung Everest dimulai dengan mengambil satu langkah.'

"Jika Anda melihat sesuatu, itu mungkin tampak tidak dapat diatasi, tetapi Anda hanya perlu mengambilnya selangkah demi selangkah," katanya.

"Lakukan hal-hal yang memotivasi Anda dan lihat tantangan secara langsung. Temukan dukungan emosional Anda, tetapi yang dapat Anda lakukan hanyalah mengambil kaki kanan, ke kiri, ke kanan, ke kiri, untuk menyelesaikannya." tambahnya.

Tag: Joe Spector, Inspirasi, Start-up

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Inc.com/Hims & Hers