Rabu, 01 Mei 2024 Portal Berita Entrepreneur

Di Balik Kesuksan Hary Tanoesoedibjo sebagai Konglomerat Besar: Selalu Minta Petunjuk Tuhan

Foto Berita Di Balik Kesuksan Hary Tanoesoedibjo sebagai Konglomerat Besar: Selalu Minta Petunjuk Tuhan
WE Entrepreneur, Jakarta -

Konglomerat pemilik MNC, Hary Tanoesoedibjo mengungkap kebiasaannya setiap hari. Hary biasa bangun paling pagi di rumah yakni jam empat pagi. Setelah bangun tidur, tak lupa ia mengucap syukur kepada Tuhan. Lalu, ia bekerja di pagi hari karena waktu pagi masih 'fresh' baginya.

Pekerjaan berat biasa ia selesaikan di pagi hari karena jika dikerjakan di malam hari, Hary mengaku sudah lelah. Setelahnya, barulah ia berolahraga selama 60-80 menit sambil mendengarkan lagu-lagu rohani yang membawanya kepada keteduhan. Di hari Sabtu, ia juga biasa berenang sampai satu kilometer.

Baca Juga: Lulusan Paket C Sukses Jadi Konglomerat, Ternyata Ini Rahasia Sukses Hary Tanoesoedibjo

Setiap hari, pagi sampai malam, Hary mengungkap selalu berusaha mengerjakan hal baik sembari meminta petunjuk kepada Tuhan. Hary mengaku tidak pernah sarapan, ia hanya makan siang dan malam.

Hary mengaku sudah rajin berolahraga sejak muda. Itu ia sampaikan di video YouTube Daniel Mananta bertajuk "Dibalik Pintu Sukses Hary Tanoesoedibjo - Daniel Tetangga Kamu". 

Meski demikian, ia mengakui pernah bandel saat SMA sampai dikeluarkan dari sekolah saat kelas tiga. Karena itulah ia mengambil Paket C. Setelahnya, barulah Hary insyaf dan belajar giat saat kuliah.

Selain itu, Hary berujar bahwa spiritual yang sehat adalah cikal bakal mental yang juga sehat. Karena itu, bagi Hari, kunci utamanya adalah rendah hati.

Kerendahan hati akan membuat seseorang giat belajar karena merasa tidak tahu apa-apa. Contohnya, saat semuanya beralih ke digital, Hary yang tidak tahu apa-apa soal teknologi bersedia untuk belajar. Karena itulah banyak bisnisnya yang sudah berali ke digital.

Hary juga mengimbau kepada pemimpin-pemimpin perusahaannya agar tidak bossy dan menjadi pemimpin yang rendah hati dan pengendalian diri serta lead by example.

Hary pun bercerita momen-momen saat ia dikeluarkan dari sekolah. Saat itu, kepala sekolahnya bahkan sampai mencaci-maki dirinya di hadapan orang tuanya sampai menyebut Hary bodoh dan tidak memiliki masa depan.

Selama satu tahun hanya di rumah, Hary banyak merenung, ia sangat down dan hanya berada di kamar. Ibunya setiap hari masuk ke kamar dan memberikan nasihat kepadanya sampai menangis. Saat itulah Hary menyadari kasih sayang ibunya. Sehingga ia pun berjanji untuk sekolah lagi dan mengambil ujian Paket C.

Hary mengaku saat ia berubah itu adalah hal yang sulit di hidupnya. Setiap kali ingin rajin belajar, ia merasa sangat mengantuk. Tetapi karena ia sangat teguh pendiriannya untuk berubah, ia sampai memberikan remason (minyak pijat panas) ke atas matanya agar tidak mengantuk.

Alhasil, ia pun berkuliah ke luar negeri dan belajar giat di perpustakaan kampus sampai tertidur. Tujuan Hary hanya satu, ia ingin berhasil. Saat lulus, Hary pun menjadi salah satu mahasiswa terbaik hingga mendapat beasiswa di Kanada.

Hary bahkan menikah dengan istrinya, Liliana. Karena itulah, putri Hary yang pertama, Angela, lahir di Kanada sembari keduanya berkuliah. Hary kuliah malam, Liliana kuliah pagi/siang. Tanpa babysitter, keduanya merawat anak bersama. Setelah itu, Hary pulang ke Surabaya dan akhirnya ia sadari bahwa ia bisa meraih gelar MBA dengan nilai yang bagus.

Pada tahun 1990, Hary memboyong anak dan istrinya ke Jakarta untuk membangun perusahaan broker. Hary berujar saking ia tak ingin lupa atas ilmu yang ia miliki, Hary pun mengaku pernah mengajar di program pascasarjana UI agar senantiasa belajar. Sampai hari ini, Hary tetap mengajar di lebih dari 186 perguruan tinggi.

Bahkan, dengan banyaknya karyawan yang Hary miliki, ia terkadang juga memberikan training sendiri.

Hary juga menceritakan bagaimana keuntungan yang berhasil ia raih dari krisis 1998 sampai tahun 2001 berkat akuisisi banyak perusahaan hampir bangkrut, tetapi berhasil ia perbaiki dan ia jual kembali. Pada tahun 2001, Hary mulai berpikir untuk membangun sesuatu. Dari situlah tercipta MNC.

Hary berujar bisnis media saat itu sudah menjadi jalannya. Ia juga karena ia melihat banyaknya penduduk Indonesia sehingga konsumen media sudah pasti banyak. Namun, satu tahun sebelumnya, Hary pernah ke Yerusalem bersama istri untuk berdoa meminta petunjuk kepada Tuhan.

Baginya, meyakini akan kebesaran Tuhan adalah kunci kesuksesannya. Hary mengungkap bahwa RCTI tercipta melalui spiritual journey. Karena itu, Hary juga menanamkan diri agar tidak iri dengki. Ketika melihat orang lain sukses, ia akan melihat apa yang bisa ia contoh dari orang tersebut.

"Orang rendah hati, kalau salah dia introspeksi," ujar Hary.

Lebih lanjut, Hary mengatakan bahwa ia tak pernah sekalipun terpikir untuk menyerah saat membangun RCTI. Justru, di setiap kesulitan yang ia hadapi, fokusnya hanya ke solusi. Karena itu, selain RCTI, ada MNC TV, Global TV, Indovision, dll. Hary sadar bahwa kepuasan pelanggan berbeda-beda, karena itu ia penuhi semua dengan program yang berbeda pula.

Pada tahun 2004, saat Indonesian Idol pertama, Hary terjun langsung sebagai Direktur Utama dan ialah yang membeli program tersebut. Meski dahulu di bidang finance lalu terjun ke bidang media, Hary mengungkap bahwa segalanya bisa dipelajari.

Hary pun berujar bahwa uang bukanlah segalanya. Ia mengungkap bahwa manusia tak boleh terbuai dengan uang.

"Dari dulu saya tidak begitu, serius. Ketika uang banyak, saya arahkan untuk membangun legacy," ujar Hary. "Musuh terbesar setiap orang itu dirinya sendiri. Kalau tidak bisa mengalahkan dirinya, kita sudah kalah," lanjut Hary.

Karena itu, Hary melanjutkan jika kita bisa mengalahkan diri kita dan berserah kepada Tuhan, itulah awal yang baik.

"Bangunlah semua kebiasaan yang baik. Tapi, orang tanpa pegangan Tuhan itu sombong," ujar Hary.

Hary pun berujar, Tuhan memberikan seseorang kekayaan dan keberhasilan, karena orang itu bisa membangun hal yang baik, menciptakan pekerjaan dan menciptakan hal yang positif.

Lebih lanjut, Hary mengatakan bahwa ia tidak begitu menyukai hal-hal yang memuji dirinya. Ia ingin seseorang mengkritiknya apa adanya dengan cara yang baik.

Tag: Hary Tanoesoedibjo, Liliana Tanoesoedibjo, MNC Grup

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Humas Kemenkop-UKM