Sepanjang pandemi Covid-19, rumah sakit di Jepang lebih fokus merawat pasien Covid-19. Karena itu, banyak orang lanjut usia yang pergi ke panti jompo untuk mendapat perhatian dan perawatan. Panti jompo adalah bisnis yang dioperasikan oleh Amvis yang terdaftar di Tokyo.
Sejak Agustus tahun lalu, sahamnya meningkat lebih dari dua kali lipat. Hal ini membuat pendiri dan CEO Amvis, Keiichi Shibahara, menjadi miliarder dunia. Ia adalah pemegang saham terbesar Amvis yang memiliki 77% saham. Pria berusia 56 tahun ini sekarang memiliki kekayaan bersih sebesar USD1 miliar (Rp14,3 triliun).
Baca Juga: Bikin Merinding! Kekayaan Pendiri PUBG Naik Tiga Kali Lipat, Kini Masuk Daftar Miliarder Dunia!
Dikutip dari Forbes di Jakarta, Rabu (18/8/21) menurut situs webnya, Amvis mengoperasikan 41 panti jompo swasta di seluruh Jepang, dan 11 lainnya sedang dibangun.
"Amvis adalah perusahaan pertama di Jepang yang mendirikan model bisnis rumah sakit dan telah berkembang pesat menjadi perusahaan terkemuka di industri perawatan kesehatan rumah dan perawatan," ujar Shibahara dalam sebuah pernyataan tertulis kepada Forbes.
Shibahara mendirikan Amvis pada tahun 2013 atau satu tahun setelah pemerintah Jepang menerapkan kebijakan perawatan berbasis rumah. Orang-orang dengan penyakit kronis atau disabilitas diminta untuk menerima perawatan dari rumah untuk mengurangi beban di rumah sakit.
Menurut Japan Times, proporsi orang berusia 65 tahun atau lebih di Jepang adalah yang tertinggi di dunia alias 28,7% dari total populasi negara.
“Di Jepang, perubahan kebijakan pemerintah memaksa orang dengan kanker stadium akhir atau mereka yang menggunakan ventilator untuk dipulangkan dari rumah sakit ke rumah mereka,” jelas Shibahara. “Situasi ini dipercepat oleh fakta bahwa rumah sakit sibuk menangani pasien yang terinfeksi Covid-19, dan pasien ini berbondong-bondong ke fasilitas yang dioperasikan oleh Amvis.”
Pada awal Agustus, karena peningkatan jumlah kasus Covid-19, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengumumkan kebijakan untuk membatasi rawat inap pasien virus corona hanya pada kasus yang paling serius.
Pada tahun keuangan yang berakhir September 2020, penjualan Amvis meningkat lebih dari 71% menjadi 9,2 miliar yen (Rp1,1 triliun) dari tahun sebelumnya, sementara laba berlipat ganda menjadi 1,2 miliar yen (Rp158 miliar). Dari Oktober 2020 hingga 31 Maret tahun ini, penjualan dan laba masing-masing naik 66% dan 108%, dibandingkan tahun sebelumnya.
Shibahara lahir di kota Nagoya, di Jepang tengah. Ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Nagoya dan menerima lisensi medisnya serta melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana Kedokteran Universitas Kyoto, jurusan biologi molekuler.
Setelah lulus, Shibahara bekerja sebagai peneliti selama 20 tahun dengan spesialisasi di bidang imunologi dan biologi molekuler. Alasannya berhenti lantaran ia ingin berkontribusi lebih dekat dengan perawatan kesehatan medis.
Setelah itu, dia pun mulai bekerja sebagai wirausahawan sosial yang merevitalisasi rumah sakit dan panti jompo. Pada usia 48 tahun, Shibahara mengumpulkan modal awal untuk mendirikan Amvis.
"Debut saya sebagai wirausaha bukanlah yang [usia] awal." ujarnya.
Shibahara adalah miliarder kesehatan yang langka di Jepang. Itaru Tanimura yang juga penyedia layanan medis online M3 adalah satu-satunya miliarder Jepang lainnya yang memperoleh kekayaannya dari perawatan kesehatan, menurut daftar Forbes.