Sabtu, 27 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Cerita Hermanto Tanoko Berdarah-darah Sukseskan Air Minum Cleo: Saingannya Berat, Bos!

Foto Berita Cerita Hermanto Tanoko Berdarah-darah Sukseskan Air Minum Cleo: Saingannya Berat, Bos!
WE Entrepreneur, Jakarta -

Pemilik Avian Brand, Hermanto Tanoko bercerita tentang pertumbuhan air minum Cleo. Perusahaan ini pertama kali tercipta lantaran Hermanto tak ingin istrinya berada di Avian. Ia ingin Avian diisi oleh profesional, sehingga istrinya yang tadinya mengurus bidang finance dicarikan bisnis baru.

Hermanto berpikir jika istrinya tidak bekerja, ia khawatir istrinya akan 'keluyuran'. Karena itulah ia membeli perusahaan air minum dalam kemasan yang selalu merugi ratusan juta. Akhirnya, perusahaan itu dibelilah oleh Hermanto dan terciptalah Cleo. Perusahaan itu ia temukan saat perjalanan pulang dari kantor Avian ke rumah.

Baca Juga: Dari Home Industry Bersiap IPO, Hermanto Tanoko Buka-Bukaan soal 'Kantong' Avian, Ternyata...

Hermanto melihat saat itu tahun 2003-2004, market leader (merek sebelah) baru IPO. Karena itulah Hermanto semakin semangat mengingat dahulu saingan Avian perusahaan asing yang bisa mereka kalahkan atau dibuat sejajar.

Cleo dipersiapkan dalam sembilan bulan. Dari 2003, baru launching di tahun 2004. Meski sudah booming, ternyata Cleo masih mengalami kerugian. Dari situlah Hermanto belajar bahwa bisnis air minum sangat tidak mudah. Meski ia sudah investasi banyak hal, tetapi Cleo masih juga merugi.

"Air minum ini high volume, low value, itu berat. Terus market competitor-nya raksasa," ujar Hermanto. "Itu berat, you harus berdarah-darah," tambahnya.

Akhirnya, Hermanto terus memotivasi istrinya, mereka pun bekerja dari pagi sampai malam tetapi hasilnya masih merugi. Istrinya sampai-sampai ketika naik pesawat minta naik kelas ekonomi saja.

Pesannya, jika ingin memasuki bisnis yang dikuasai market leader yang kuat, maka akan sangat berat. Bahkan, ketika Hermanto mengatakan ingin mengalahkan market leader, banyak orang mengatakan tidak mungkin.

Akhirnya Hermanto meminta dibuatkan brand yang kuat, tidak berwarna biru dan kemasan yang unik. Mesinnya pun didatangkan langsung dari Jepang. Diferensiasi juga dilakukan oleh Hermanto untuk memperkuat branding. Namun, ternyata tidak cukup. Meski ia terus berekspansi dengan membuat pabrik di banyak tempat, ia tetap merugi.

Namun, karena visi misi yang jelas dan Hermanto sangat yakin akan bisnisnya, ia terus optimis berjalan meski kantongnya terus dikuras.

"Pada suatu titik saya yakin akan sehat," ujar Hermanto.

Dari banyaknya bisnis unit, Hermanto mengakui bisnis Cleo adalah 'sekolah' paling mahal. Di titik banyaknya kerugian, Hermanto mengaku tak ada niat untuk mundur.

"Intinya keyakinan lah, kerja keras dan kerja cerdas," ujar Hermanto.

Saat itu, target market Cleo adalah menengah ke atas yang peduli pada kesehatan. Cleo memiliki oksigen tinggi sehingga lebih ringan ketika diminum. Bahkan, Hermanto mengatakan jika minum air Cleo, akan lebih jarang sariawan. Lalu, jika ditaruh di dashboard mobil dan terkena sinar matahari, air minum Cleo akan tetap dingin.

Saat Cleo IPO pada tahun 2017, Hermanto mengaku tak pernah investasi saham. Sekalinya berinvestasi, Hermanto pernah merugi. Karena itu, ketika Cleo melantai di bursa, ia yakin perusahaannya adalah perusahaan yang baik untuk dimiliki masyarakat. Dana yang didapat dari IPO pun dilakukan untuk ekspansi. Semua karyawan Cleo pun semangat untuk terus bertumbuh.

Namun, pandemi Covid-19 membawa dampak signifikan pada bisnis Cleo. Saham Cleo berdarah-darah masih belum bangkit.

Hermanto pun mengungkap bahwa IPO jangan dijadikan ajang mencari uang, tetapi justru awal menjadikan perusahaan lebih besar.

"Jadi jangan buru-buru IPO, sih, jadikan perusahaan besar sehingga ketika IPO banyak yang tertarik," tandas Hermanto.

Dana yang terkumpul dari IPO pun jangan digunakan untuk membayar utang, tetapi gunakan untuk ekspansi dan akuisisi. Hermanto termasuk pengusaha yang hobi akuisisi, asalkan perusahaan yang diakusisi itu perusahaan yang sehat.

Tan Corp memiliki ratusan PT yang dinaungi dibawahnya serta ribuan karyawan. Karena dunia berubah sangat cepat, Hermanto berujar ia dan timnya hanya membuat rencana kerja dalam tiga tahun.

Tag: Hermanto Tanoko, Avian Brands

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Instagram