Kamis, 25 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Dari Home Industry Bersiap IPO, Hermanto Tanoko Buka-Bukaan Soal 'Kantong' Avian, Ternyata...

Foto Berita Dari Home Industry Bersiap IPO, Hermanto Tanoko Buka-Bukaan Soal 'Kantong' Avian, Ternyata...
WE Entrepreneur, Jakarta -

Pemilik Cat Avian, Hermanto Tanoko yang juga Presiden Komisaris Tan Corp menaungi banyak lini bisnis dan brand, salah satunya air minum Cleo. Sebagai sosok konglomerat yang luar biasa hebat, Hermanto telah menjadikan tiga perusahaannya go public seperti Cleo, TANRISE dan Manzone. Cleo pertama kali IPO pada 5 Mei 2017.

Pada tahun 1982 yakni kali pertama Hermanto Tanoko bergabung dengan Avian yang didirikan ayahnya, Hermanto pun bertanya.

"Avian akan dibawa ke mana?" tanyanya.

"Ini harus menjadi pabrik cat nomor satu di Indonesia," jawab ayahnya, Soetikno Tanoko yang merupakan pendiri awal Avian.

Baca Juga: Lahir di Kandang Ayam, Hermanto Tanoko Kini Jadi Konglomerat Besar dengan 77 Perusahaan

Seketika Hermanto pun semakin bersemangat untuk mewujudkan itu meski dahulu, pabriknya hanya home industry yang dikelilingi sawah.

Sejak tahun 1978 hingga 2021 Avian terus bertumbuh. Belum lama ini, Avian memabngun Avian Innovation Center sebagai laboratorium seluas 5.000 meter persegi, lima lantai dengan modal Rp100 miliar untuk mengeluarkan berbagai macam paten dan menyelesaikan masalah.

Meski Indonesia dilanda pandemi Covid-19, bisnis Tan Corp beserta Avian justru meningkat. Strateginya yakni Hermanto terus melakukan ekspansi dan mengeluarkan produk-produk baru.

"Kami tidak diam, ya, kami terus berinovasi," tandas Hermanto dalam YouTube bertajuk 'CEO TALK | Gema & Hermanto Tanoko Ngobrol Strategi Bisnis Triliunan & IPO Raksasa Avian'.

Hermanto ingin Avian melakukan IPO terlebih dahulu agar bisa dikelola lebih profesional dan lebih baik. Strategi IPO ini pun agar cat lokal asli Indonesia bisa semakin terdepan, dimiliki bersama dan dibangun bersama-sama. Terlebih, Avian sudah memiliki lebih dari 50.000 pelanggan di seluruh Indonesia.

Secara finansial, IPO juga akan membantu perusahaan lebih baik lagi, baik dari investor dalam negeri maupun luar negeri. Karena itulah ekspansi akan dilakukan setelah IPO.

Dengan valuasi triliunan rupiah hari ini, dahulu Rp100-200 miliar pertama yang didapatkan Hermanto berasal dari Avian. Barulah ekspansi dan akuisisi kanan dan kiri. Selain itu, Avian juga tidak pernah berutang jika dirasa tak mampu menyelesaikan. Karena itulah, krisis 1998 tidak berdampak pada Avian.

Hermanto berujar ia tidak ingin berutang dalam mata uang asing. Ia belajar dari sejarah yang pernah terjadi di Indonesia, jika terdevaluasi maka akan bergulung-gulung nantinya.

"Jika perusahaan sehat, growth (pertumbuhan) juga akan sehat," ujar Hermanto.

Pada tahun 1998, ketika banyak perusahaan bangkrut, Avian mampu memuaskan pelanggan. Karena itulah pertumbuhannya hingga hari ini luar biasa. Hermanto pun mengungkapkan jika baru memulai usaha alangkah lebih baiknya menggunakan dana sendiri. Katanya, business plan sebagus apapun bisa gagal juga, karena itulah sangat beresiko jika menggunakan uang pinjaman.

"Lebih baik dimulai dari kecil tetapi dibuat sehat," ujar Hermanto.

Jika sudah tahu kekuatan dari perusahaan yang dimiliki, untuk membesarkan, barulah pinjam ke bank dengan catatan mampu melunasi utang tersebut. Jika perusahaan terus bertumbuh secara sehat, otomatis keuntungan perusahaan bisa digunakan untuk perkembangan perusahaan dan melunasi utang.

"Nah, jika itu dijalankan terus, gak akan ada utang," tandas Hermanto.

Dalam 40 tahun, Avian pun akhirnya bersih dari utang, tidak ada utang sama sekali. Avian juga menjadi satu-satunya perusahaan cat yang terintegrasi di dunia. Bahkan, resin hingga kemasan diproduksi sendiri dari hulu ke hilir saling menghubung dan mensupport.

Tag: Hermanto Tanoko, Avian Brands

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Instagram