Sabtu, 23 November 2024 Portal Berita Entrepreneur

Ngeri Abis! Pendiri Telegram Pavel Durov Diincar Spyware Ganas, Bisa Curi Seluruh Data di Ponsel!

Foto Berita Ngeri Abis! Pendiri Telegram Pavel Durov Diincar Spyware Ganas, Bisa Curi Seluruh Data di Ponsel!
WE Entrepreneur, Jakarta -

CEO dan pendiri Telegram, Pavel Durov telah lama diincar oleh spyware Pegasus. Namanya ditemukan dalam daftar panjang yang menjadi target sasaran spyware buatan NSO Group tersebut. Durov mengetahui setidaknya sejak 2018 salah satu nomor teleponnya termasuk dalam daftar target potensial.

Pria berusia 36 tahun itu menambahkan bahwa dia tidak khawatir karena sejak 2011, dia sudah terbiasa dengan asumsi bahwa ponselnya diretas.

Baca Juga: Serius Jegal WhatsApp, Telegram Benamkan Fitur Baru

Daftar ini juga diungkap oleh Amnesty International dan kelompok non profit asal Prancis bernama Forbidden Stories. Dalam daftar tersebut ada pula nomor telepon milik presiden, perdana menteri, raja, jurnalis, pengacara, dan aktivis.

Nomor telepon Durov yang masuk dalam daftar adalah nomor telepon Inggris yang terhubung dengan akun Telegram pribadinya selama bertahun-tahun.

Dalam catatan panjang di saluran Telegramnya, Durov mengatakan bahwa alat pengawasan yang digunakan oleh pemerintah ini dapat meretas ke ponsel iOS atau Android apa pun. Ia menambahkan tidak ada cara untuk melindungi perangkat darinya.

"Tidak masalah aplikasi mana yang Anda gunakan, karena sistemnya dilanggar pada tingkat yang lebih dalam," ujarnya sebagaimana dikutip dari Gadgets NDTV di Jakarta, Jumat (23/7/21).

Sementara itu, Durov menggarisbawahi bahwa siapa pun yang meretas teleponnya akan sangat kecewa. Durov mengklaim bahwa alat pengawasan ini juga digunakan untuk melawan orang yang jauh lebih menonjol daripada dia. Dia kemudian menjelaskan alat itu dikerahkan untuk memata-matai 14 kepala negara.

Karena itulah, Durov mendesak pemerintah untuk bertindak melawan duopoli Apple-Google di pasar ponsel cerdas, memaksa mereka untuk membuka ekosistem tertutup mereka dan memungkinkan lebih banyak kompetisi.

Durov mengatakan bahwa meskipun monopoli pasar saat ini menyebabkan peningkatan biaya dan pelanggaran privasi dan kebebasan berbicara, pejabat pemerintah sangat lambat untuk bertindak.

“Saya berharap kabar bahwa mereka sendiri telah menjadi sasaran alat pengawasan ini akan mendorong para politisi untuk berubah pikiran,” pungkasnya.

Setidaknya 50.000 orang, termasuk jurnalis, aktivis hak asasi manusia dan otoritas kehakiman, dilaporkan menjadi sasaran spyware Pegasus.

Dipilihnya Durov sebagai salah satu target sepertinya karena Telegram buatannya populer di kalangan kelompok yang ingin menghindari perhatian pemerintah seperti teroris, penjahat dan aktivis yang memerangi rezim otoriter.

Durov kemungkinan diincar oleh Uni Emirat Arab yang pernah menjadi klien NSO Group. Untuk diketahi, pada tahun 2018, Durov mengganti alamat resminya dan pindah dari Finlandia ke UEA.

Nomor teleponnya pun masuk ke dalam daftar tersebut pada tahun 2018, timing-nya tepat dengan kepindahan Durov.

Lebih lanjut, menurut pakar keamanan siber, spyware ini bisa menyerang aplikasi messaging terenkripsi dan bisa mengakses semua bagian ponsel yang telah terinfeksi. Mereka juga bisa mencuri data dari ponsel mulai dari pesan, email hingga mengaktifkan mikrofon.

Tag: Pavel Durov, Telegram

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Instagram/durov