Pembuat alat tes Covid-19 SD Biosensor, Cho Young-sik akan menjadi miliarder dunia. Pengusaha asal Korea Selatan itu diperkirakan akan mencatatkan sahamnya di Bursa Korea. SD Biosensor menawarkan 12,4 juta saham dengan kisaran harga masing-masing 45.000 won hingga 52.000 won.
Pada titik tengah kisaran itu, kesepakatan itu dapat meningkatkan 603 miliar won (sekitar Rp7,7 triliun) dengan nilai perusahaan sebesar 4,9 triliun won (Rp62 triliun).
Dilansir dari Forbes di Jakarta, Jumat (9/7/21) perusahaan mengatakan akan menggunakan dana tersebut untuk memperluas lini produksi, diversifikasi portofolio produknya dan memperluas kehadirannya di Eropa dan Amerika Selatan.
Baca Juga: Kekayaan Miliarder Teknologi Gak Ada Obat, Mantan CEO Microsoft Kini Berharta Rp1.950 T!
Cho yang baru berusia 60 tahun pada bulan Juni adalah ketua SD Biosensor dan pemegang saham terbesarnya dengan kepemilikan 32,07% saham atas namanya sendiri. Dia juga memiliki saham di SD Biosensor melalui BioNote dan SDB Investment, masing-masing pemegang saham terbesar kedua dan ketiga.
Secara total, Cho memiliki lebih dari 52% SD Biosensor. Forbes memperkirakan kekayaan bersihnya akan sebesar USD1,9 miliar (Rp27 triliun) setelah mendiskon valuasi karena perusahaan tersebut masih swasta.
SD Biosensor saat ini terkenal dengan rapid test Covid-19-nya, yang disebut Standard Q. Perusahaan yang berbasis di kota Suwon, selatan Seoul ini mengekspor hampir semua produk Standard Q-nya.
Bulan lalu, pemerintah Singapura memberikan otorisasi sementara untuk empat alat tes mandiri Covid-19 untuk dijual di apotek, dua di antaranya dibuat oleh SD Biosensor. Di awal pandemi, SD Biosensor termasuk di antara batch pertama pembuat tes Covid-19 yang disetujui oleh pemerintah India.
Perusahaan melaporkan bahwa pendapatan naik 23 kali lipat menjadi 1,7 triliun won (Rp21 triliun) pada tahun 2020, tepat saat pandemi melanda. Laba bersih perusahaan melonjak hampir 200 kali lipat menjadi 622 miliar won (Rp7,8 triliun).
SD Biosensor menghasilkan sebagian besar uangnya (sekitar 84% dari total pendapatan pada tahun 2020) dari penjualan Standard Q. Pendapatan mereka mendapat dorongan besar ketika pemerintah Slovakia membeli 13 juta tes Covid-19 dari SD Biosensor pada akhir 2020 yang cukup untuk menguji seluruh populasinya dua kali lipat.
Permintaan tes Covid-19 SD Biosensor diperkirakan akan tetap tinggi tahun ini karena pandemi terus menyebar di banyak bagian dunia. Bulan lalu, Kamboja membeli 1 juta tes Covid-19 dari SD Biosensor. Sebelum pandemi, perusahaan menghasilkan sebagian besar uangnya dari perangkat pemantauan glukosa darah.
SD Biosensor dan rekan-rekannya di Korea Selatan termasuk yang paling awal memproduksi tes Covid-19 secara massal, karena negara itu adalah yang pertama menderita wabah virus corona besar terburuk di luar China.
SD Biosensor, Seegene, dan dua perusahaan Korea lainnya memiliki kit pengujian pertama mereka yang disetujui oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea pada Februari 2020.
Cho mendirikan perusahaan pendahulu SD Biosensor (Standard Diagnostics), pada 1999. Pada 2010, Cho menjual sebagian sahamnya di SD ke Inverness Medical Innovations yang berbasis di Massachusetts dan memisahkan bisnis perangkat biosensor yang menggunakan bahan biologis seperti antibodi untuk mendiagnosis penyakit, hingga membuat SD Biosensor.
Sebelum memulai SD, Cho meraih gelar doktor kedokteran hewan dari Universitas Nasional Seoul dan sempat bekerja di perusahaan farmasi Korea Green Cross.