Jum'at, 19 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Kisah Sedih Anak Korban Perang Dunia II: Dari Kehilangan Keluarga hingga Kini Jadi Miliarder Dunia

Foto Berita Kisah Sedih Anak Korban Perang Dunia II: Dari Kehilangan Keluarga hingga Kini Jadi Miliarder Dunia
WE Entrepreneur, Jakarta -

Pada akhir tahun 1944, sekitar delapan bulan setelah Nazi berbaris di jalan-jalan Budapest, sebuah ide mulai muncul di benak Pinhas Levy yang berusia 13 tahun. Ia memikirkan cara untuk menyelamatkan keluarganya dari Jerman dan nasib buruk yang menanti.. Pada saat itu mereka bersembunyi dengan identitas palsu, tetapi untuk bertahan hidup mereka harus mendapatkan dokumen tertentu.

"Aku ingat hari itu. Saya ingat jamnya. Saat itu hari Minggu sore, 19 Maret. Saya pulang ke rumah, ibu dan ayah saya ada di teater. Kami melihat orang-orang Jerman berbaris di jalan." ujar Pinhas Levy yang kini dikenal sebagai Frank Lowy.

Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Larry Xiangdong Chen, Mantan Guru yang Jadi Miliarder Startup Pendidikan

Kedutaan Besar Swiss mengeluarkan dokumen itu tetapi terlalu banyak orang yang mengantri. Namun, Lowy tidak patah arang. Saat muda, ia sangat banyak akal. Alih-alih mengantre, dia pergi ke toko kostum dan membeli seragam anak kurir yang mengantarkan dan mengumpulkan telegram secara mendesak.

Dengan mengenakan pakaian itu, dia berjalan ke kedutaan sambilmengatakan bahwa dia memiliki pesan penting untuk disampaikan ke duta besar. Duta besar sendiri pun menerima 'pesan' tersebut di kantornya. Akhirnya, Levy pergi dengan dokumen penyelamat: Dia, ibunya, dua saudara laki-laki dan perempuannya selamat.

Itulah saat-saat Levy alias Lowy selamat hingga hari ini dikenal sebagai seorang pengusaha Australia dan salah satu orang terkaya di dunia .

Mengutip Haaretz di Jakarta, Senin (7/6/21) dengan kecerdikan dan ambisinya yang besar, itu membantu Lowy menjadi pria yang mandiri. Saat ini, Lowy sudah berusia 88 tahun, ia pernah dianugerahi gelar bangsawan oleh Ratu Elizabeth pada tahun 2017.

Orang terkaya ke-4 di Australia ini adalah orang terkaya ke-244 di dunia versi Forbes. Kekayaannya dibangun berkat industri real estate, Westfield Grup, yang diperkirakan mencapai USD5,3 miliar (Rp75 triliun).

"Di satu sisi, dalam semua kesedihan saya, saya merasa sangat bangga: bahwa ayah saya mampu membuat pengorbanan hidupnya untuk prinsip-prinsipnya." terangnya bangga.

Di Australia ia adalah seorang publik figur yang dikenal karena ketajaman bisnis dan filantropinya. Dia adalah ikon lokal yang mensponsori sepak bola Australia. Kini, di usianya yang sudah senja, ia sering mengunjungi Israel. Terutama setelah ia menjual sebagian besar kepentingan bisnisnya, dia membuat aliyah.

Hari ini, ia tinggal di Tel Aviv dengan istrinya Shirley, di sebuah bangunan sembilan lantai yang berlokasi di tepi pantai yang dibangun keluarganya bertahun-tahun yang lalu. Lowy juga sempat bernostalgia. Ia mengaku tak pernah terbayangkan untuk bisa sampai pada titik ini ketika dewasa.

“Yang saya cari adalah menjadi sukses. Saya memiliki kesempatan dengan Australia, dengan apa yang diberikannya kepada saya secara ekonomi. Saya sangat ingin membangun sebuah keluarga karena saya kehilangan keluarga saya ketika saya berusia 15, 14 tahun, dan saya sangat merindukan keluarga yang utuh," jelasnya.

"Saya ingat saya bekerja di toko makanan Yahudi. Ketika toko tutup, ibu, ayah dan dua anak, laki-laki dan perempuan, pulang dengan mobil. Aku iri. Saya sangat menginginkannya, ingin agar keluarga saya kembali utuh. Itu membakar dalam hidup saya untuk melakukan itu. Dan saya harus mengatakan, saya berhasil."

Tag: Frank Lowy, Australia

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Haaretz/Meged Gozani