Jum'at, 19 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Chairul Tanjung Yakin Masa Depan Indonesia Cerah, 2030 Jadi Negara Maju!

Foto Berita Chairul Tanjung Yakin Masa Depan Indonesia Cerah, 2030 Jadi Negara Maju!
WE Entrepreneur, Jakarta -

Pendiri CT Crop, Chairul Tanjung mengungkap bahwa masa depan Indonesia sangat cerah. Banyak lembaga dunia yang menilai dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan menjadi negara maju pada tahun 2030, dan akan menjadi sumber kekuatan ekonomi global.

Namun, pria yang biasa disapa CT ini menyadarkan bahwa Indonesia tak bisa langsung menjadi negara maju pada tahun 2030 tanpa perjuangan. Hal tersebut diungkapnya dalam video "UI MEET UP & LEADERS TALK PART 2".

"Kita harus melakukan banyak hal untuk bisa mencapai apa yang kita harapkan," ujar ayah dari Putri Tanjung ini.

Baca Juga: Bukan Emas atau Tanah, Chairul Tanjung Beberkan Data Bakal Jadi Aset Paling Berharga di Dunia!

Namun sayangnya, dunia tengah dihadapi oleh populisme yaitu pemimpin yang 'gila' popularitas. Banyak orang memilih pemimpin karena popularitas, bukan karena kualitas. Ditambah lagi, perang dagang antara China dan Amerika. Namun, ternyata, pertumbuhan ekonomi dunia justru bergerak naik.

Di tengah kehidupan dunia yang tidak pasti, dunia juga tengah mengalami perubahan dengan cepat, yang pertama yakni di bidang demografi. Saat ini pasar dikuasai oleh generasi X yakni mereka yang berusia 50 tahun ke bawah. Generasi X menguasai sekaligus mengontrol pasar karena masih berbelanja. Sementara generasi sebelumnya sudah tidak lagi banyak berbelanja.

"Generasi milenilal juga senang berbelanja, tetapi duitnya belum ada," canda CT.

Generasi X memiliki karakteristik bekerja dengan komputer, menggunakan media chatting seperti WhatsApp, keinginan hidupnya yakni work-life balance, dan ketika ingin berbelanja pasti pikir panjang, serta cenderung individual.

Tetapi sebentar lagi, paling tidak lima sampai sepuluh tahun lagi, generasi milenial akan mengambil alih pasar. Karakteristiknya yakni bergantung pada mobile device dan social media, mereka juga inginnya bekerja (work) + bermain (play) + senang-senang (fun).

Selain itu, generasi milenial juga sangat konsumtif. Mereka cenderung berbelanja tanpa banyak mikir. Tetapi, generasi milenial memiliki banyak teman di social media, bahkan bisa sampai ratusan ribu dan jutaan orang. Saat mencari tempat makan pun, generasi milenial akan memilih tempat makan yang viral di sosial media.

Meski terlihat simpel, tetapi memahami data demografi sangat penting bagi berbagai aspek kehidupan, terutama untuk menjadi pengusaha sukses.

"Jika Anda tak bisa memahami ini, Anda tidak bisa membeli masa depan dengan harga sekarang," ujar CT.

Lalu, waktu untuk mengakses internet semakin kesini, semakin panjang, sementara televisi semakin menurun.

Generasi milenial juga sangat peduli pada kesehatan, tetapi acuh terhadap politik dan agama. Namun, generasi milenial sangat patriotik, dan kedua generasi, baik milenial atau non milenial, sama-sama tidak suka dengan Tenaga Kerja Asing (TKA).

Kemudian, perubahan kedua adalah teknologi yang memasuki era Revosuli Industri 4.0 yaitu segalanya membutuhkan internet alias era Internet of Things (IoT).

CT menjelaskan bahwa IoT adalah ketika banyak fungsi manusia diambil alih oleh robot dan internet. Contohnya, mobil di masa depan tak perlu sopir lagi. Bahkan di masa depan, bisa saja manusia menikah dengan robot.

"Kalau disuruh gak membantah karena ada Artificial Intellegence," tandas CT.

Segala sesuatunya juga akan membutuhkan data. Terlebih, akan ada virtual reality di mana semua orang tak perlu jauh-jauh ke luar negeri. Cukup virtual bisa merasakan sensasi di luar negeri.

CT juga menjabarkan prediksi sebanyak lima juta pekerjaan akan hilang karena adanya otomasi dan robotik.

"Kalau kita tidak bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru yang sejalan dengan teknologi, maka makin banyak orang yang menganggur," jelas CT.

Jika dahulu aset paling berharga adalah tanah, minyak, emas, kini aset yang paling berharga adalah data. Dampaknya, semakin kecil bagi investor lokal untuk bersaing dengan investor luar negeri. Dampak selanjutnya juga hilangnya pasar karena dikuasai pendatang baru. Lalu, era Internet of Things (IoT) akan menjadi pemenang menguasai semuanya. Dahulu, untuk menang dalam kompetisi, cukup lebih efisien dan produktif. Tetapi kini, untuk menang dalam kompetisi tak bisa hanya efisien dan produktif, karena kedua hal tersebut hanya menjadikan kita survive atau bertahan. Karena kalau tidak demikian, sudah pasti 'mati'.

Kini, untuk menang dalam kompetisi, selain efisien dan produktif, diperlukan pula inovasi, kreativitas dan entrepreneurship. Dan untuk menciptakan itu semua, diperlukan sumber daya yang sehat jasmani, pintar, bermental baja, tidak pandai menyerah, tau tata krama, dan siap melakukan inovasi serta kreativitas. Barulah terkahir entrepreneurship, agar semua itu tidak sia-sia dan bisa mendatangkan uang, yang tak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk bangsa.

CT juga mengungkap bahwa untuk menjadi pengusaha harus bermodal nekat. Karena kalau tidak nekat, tidak akan memulai. Menjadi pengusaha juga harus pandai menangkap dan/atau menciptakan peluang. Sehingga, jika berbicara tentang passion, seorang pengusaha biasanya memiliki passion berbisnis di dalam darahnya. Pengusaha juga orang yang menuntut kesempurnaan, bukan orang asal-asalan. Jika orang yang asal-asalan, maka dia tidak akan menang dalam kompetisi. Seorang entrepreneur juga pasti disiplin dan berorientasi pada hasil.

"Jika bikin restoran, bikinlah restoran yang enak dan viral, bukan hanya restoran yang enak dan murah," tutur CT.

Dalam memilih partner bisnis juga harus orang yang memang cocok dengan kita dan satu visi dengan kita. Karena itu, mencari partner bisnis tidak ada rumusannya. Lalu, seorang pengusaha juga harus memiliki integrias, karena kalau tidak memiliki integritas bagaimana bisa dipercaya oleh orang. Dan seorang pemimpin harus memberi contoh kepada semua orang.

Tag: Chairul Tanjung, Pengusaha

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Sufri Yuliardi