Lockdown di Jepang menyebabkan lonjakan penjualan pengecer furnitur dan dekorasi rumah. Alhasil, Nitori Holdings kebanjiran konsumen yang tinggal di rumah untuk mendekor ulang rumahnya demi kenyamanan bekerja dan sekolah dari rumah.
Dilansir dari Forbes di Jakarta, Jumat (23/4/21) perusahaan yang berbasis di Tokyo itu pun melaporkan lonjakan laba bersih sebesar 29% menjadi 92,1 miliar yen atau setara dengan Rp12,4 triliun lantaran peningkatan penjualan hampir 12% menjadi 716,9 miliar yen atau Rp96 triliun untuk tahun fiskal hingga Februari.
Baca Juga: Punya 'Ide Gila' Usai Resign dari Microsoft, Pemuda Rumania Ini Pulang Kampung Jadi Miliarder!
Ini menandai tahun ke-34 di mana perusahaan mencatat peningkatan pendapatan dan revenue. Kenaikan harga saham Nitori mengangkat kekayaan bersih pendiri dan CEO Akio Nitori sebesar 30% menjadi USD5,2 miliar (Rp75 triliun).
Perusahaan yang dimulai sebagai toko furnitur pada tahun 1967 ini dalam beberapa tahun terakhir telah memperluas jaringan tokonya baik di pasar dalam negeri maupun di luar negeri. Mereka juga sambil bercabang ke area baru seperti fast fashion dan perlengkapan bayi serta berinvestasi dalam jaringan distribusi. Nitori menargetkan memiliki 3.000 toko dan pendapatan 3 triliun yen (Rp392 triliun) pada tahun 2032.
Pada bulan November, Nitori menghabiskan 214 miliar yen (Rp27 triliun) untuk mengakuisisi rantai perbaikan rumah Shimachu.