Tertarik dengan bisnis sejak Sekolah Dasar (SD) membuat Aliko Dangote hari ini menjadi orang terkaya di Afrika. Berdasarkan catatan Forbes, Aliko Dangote hari ini berharta USD12,6 miliar (Rp176 triliun).
Dangote memulai bisnisnya sendiri sejak usia 21 tahun, ia mendirikan dan memimpin Dangote Cement, produsen semen terbesar di benua Afrika. Berkat itu, Aliko Dangote telah menjadi orang terkaya di Afrika selama lebih dari 10 tahun.
Sewaktu SD, dengan berbekal uang saku yang diberikan orang tuanya untuk bersekolah, ia membeli permen dan kemudian ia jual kembali demi mendapatkan keuntungan.
Baca Juga: Miliarder Afrika Kuat Diterjang Corona, Kekayaan Mereka Tetap Melonjak Tak Terkira!
Ketertarikan inilah yang membawanya hingga sekarang. Demi mendukung passion nya terhadap bisnis, Dangote menempuh pendidikan bisnis di Universitas Al Azhar, Mesir. Usai lulus pada tahun 1977, ia langsung ke Nigeria dan memulai bisnis di usia 21 tahun.
Bermodal USD3.000 yang ia pinjam kepada pamannya. Pinjaman tersebut membawanya untuk mengimpor komoditas lunak dengan harga grosir dari pemasok internasional. Adapun dua impor utamanya adalah beras dari Thailand dan gula dari Brasil.
Kemudian, ia menjual barang-barang secara eceran kepada konsumen di desanya dengan harga yang miring tapi tetap menguntungkan. Alhasil, bisnisnya pun untung besar.
Dalam sebuah wawancara dengan Forbes, Dangote pernah mengatakan bahwa ia untung USD10 ribu per hari. Hanya dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan, Dangote pun bisa mengembalikan pinjaman kepada pamannya.
Tak berhenti sampai disitu, Dangote pun terus mengembangkan bisnisnya dan memperluas ke perdagangan komoditas lain yaitu beras. Pada 1981, ia mendirikan dua perusahaan, Dangote Nigeria Limited dan Blue Star Services.
Dari perusahaan yang didirikannya tersebut, ia mendapatkan izin impor berbagai komoditas seperti baja, makanan bayi dan produk aluminium termasuk semen. Pada 1986, ia juga melebarkan sayap bisnisnya dengan berkonsentrasi pada impor garam, gula, beras dalam jumlah besar.
Selain itu, ia juga merambah bisnis angkutan dan perbankan dengan membeli saham ekuitas di Liberty Merchant Bank dan International Trust Bank. Ekspansi bisnisnya berlanjut hingga ia memasuki sektor manufaktur pada tahun 1989 dengan mengambil alih perusahaan tekstil Mills Limited yang mengoperasikan dua pabrik tenun tekstil di Kano dan pabrik Nigerian Textile Mills Limited di Lagos.
Dengan bisnis yang terus berkembang, pandangan bisnis Dangote juga berubah. Ia pun memutuskan untuk membangun pabrik untuk memproduksi barang dagangan yang selama 20 tahun ia impor, seperti pasta, gula, gandum, garam dan tepung.
Pada tahun 2005, Dangote secara signifikan membangun pabrik bernilai jutaan dolar demi memperluas operasional perusahaannya.
Kegigihan itu pun membawa Dangote telah mempekerjakan 30 ribu orang dan membawa Dangote Group menjadi perusahaan terbesar di Afrika Barat, bahan benua Afrika.