China telah mencetak tiga lusin miliarder baru di tengah pandemi virus corona karena orang terkaya di negara itu meningkatkan kekayaan mereka hampir USD500 miliar (Rp7.366 triliun). Jumlah miliarder di China meningkat menjadi 415 dengan kekayaan gabungan mencapai USD1,68 triliun (Rp24.749 triliun dari Januari hingga Juli.
Dilansir dari South China Morning Post di Jakarta, Kamis (8/10/2020) hal itu terungkap dari laporan miliarder terbaru yang diterbitkan oleh UBS dan PwC. Angka tersebut meningkat drastis dibandingkan dengan 114 miliarder sepuluh tahun lalu dengan kekayaan gabungan USD228 miliar saat itu.
Baca Juga: Miliarder AS Ini Sarankan Investasi ke China
Keuntungan bersih ini lebih besar dari ukuran produk domestik bruto Nigeria yang sebesar USD448 miliar (Rp6.599 triliun) pada tahun 2019, menduduki peringkat ke-25 terbesar di dunia oleh Bank Dunia. Sementara PDB Hong Kong adalah USD366 miliar (Rp5.391 triliun).
Kekayaan kolektif senilai USD1,68 triliun dari orang terkaya di negara itu, termasuk pendiri Alibaba Jack Ma, pendiri Tencent Holdings Pony Ma Huateng, dan pendiri NetEase William Ding Lei, berada sedikit di bawah PDB Rusia, yang merupakan terbesar ke-11 di dunia. Jika mereka adalah entitas ekonomi, Alibaba adalah pemilik terbesar.
Miliarder China sekarang merupakan setengah dari orang terkaya di kawasan Asia-Pasifik. China juga menjadi negara yang merupakan rumah bagi sekitar empat dari 10 miliarder di seluruh dunia. Orang terkaya di China telah melihat kekayaan mereka tumbuh 71 persen sejak 2018.
Ketidakpastian di pasar China awal tahun ini akibat pandemi terbukti menguntungkan sejumlah miliarder di China. Laporan kekayaan di tahun keenam, mencakup 2.000 miliarder di 43 pasar secara global, menyumbang 98 persen dari total akumulatif kekayaan miliarder.
Sektor teratas yang mendorong penciptaan kekayaan tahun ini di China berasal dari industri kesehatan, materi dan hiburan serta media, termasuk keuntungan dari game online. Itu melampaui penciptaan kekayaan di industri garis lama tradisional.