Grab dan Gojek, dua perusahaan ride-hailing raksasa Asia Tenggara dikabarkan sedang dalam pembicaraan meger. Kabarnya, ada bekingan salah satu orang terkaya Jepang, Masayoshi Son di balik upaya tersebut.
Pendiri dan CEO SoftBank ini disebut-sebut telah mengeluarkan persetujuan untuk melanjutkan negosiasi merger Grab dan Gojek tidak lama setelah SoftBank menjual perusahaan manufaktur chip komputernya, Arm Holdings kepada NVidia. Perusahaannya sendiri, SoftBank tercatat sebagai pemegang saham di Grab dan Gojek.
Baca Juga: Perusahaan Jack Ma Bakal Investasi ke Grab Rp44 T, Beneran Nih?
Wacana merger Grab dan Gojek ini berlangsung lantaran keduanya mengalami penurunan pendapatan yang signifikan sejak pandemi COVID-19. Hal ini pun berimbas kepada keseluruhan bisnis serta valuasi mereka.
Dilansir dari Financial Times di Jakarta, Rabu (16/9/2020) stakeholder Grab tengah memperdagangkan saham kepemilikan mereka dengan potongan hingga 25 persen. Penjualan dengan diskon ini dilakukan meski valuasi total Grab sempat diperkirakan mencapai USD14 miliar (Rp209 triliun) dalam pendanaan terakhir tahun lalu.
Sementara Gojek bervaluasi mencapai USD10 miliar (Rp149 triliun) tahun lalu. Beberapa stakeholder mereka mulai menjual sahamnya dengan potongan besar untuk segera exit.
Softbank tidak sendiri, ada sederet investor lain yang menanamkan saham di kedua perusahaan penyedia ojek online itu, seperti Alibaba, Tencent, Mitsubishi, PayPal, Google, Facebook dan Visa.
Rupanya, pembicaraan merger Grab dan Gojek sudah sejak dua tahun lalu. Namun tak lanjut karena tak mendapat restu Masayoshi Son. Tetapi kini keadaan berubah, pandangan pun ikut berubah.
Bahkan pada bulan Maret lalu, Softbank dan Son dilaporkan mendorong Grab dan Gojek bersatu sebelum pasar berdampak serius oleh COVID-19. Hal ini memungkinan Son tak lagi mencatatkan kerugian setelah terjebak kasus WeWork yang berakhir bencana.
Sebagaimana diketahui, Son telah rugi mencapai USD8,9 miliar atau sekitar Rp124 triliun. Kerugian tersebut pertama kali terjadi dalam 14 tahun. Imbasnya, Son harus menjual aset USD41 miliar untuk membayar utang.
Sayangnya, merger ini tak akan mudah karena wacana beredar bahwa Alibaba milik Jack Ma berencana menanamkan USD3 miliar ke Grab. Hal ini dapat merumitkan proses merger karena pertimbangan antitrust.